Yesus Anak Daud, Kasihanilah aku
KAMIS 27 Mei 2021 PEKAN BIASA VIII Bacaan : Sir.42:15-25; Mzm.33:2–9; Mrk.10:46-52.
Injil Markus 10:47, menulis. Setelah didengarnya bahwa itulah Yesus, orang Nazaret, mulailah ia berseru-seru, katanya, “Ya Yesus, Anak Daud, kasihanilah hamba!”
Bartimeus oleh masyarakat pada zaman itu dipandang sebagai seorang yang berdosa besar, sehingga dihukum oleh Allah dengan penderitaannya. Maka konteks ia duduk di pinggir jalan dan mengemis menjadi pernyataan bahwa ia disingkirkan oleh masyarakat dan tidak dianggap dalam kehidupan bersama. Bahkan, tidak ada keluarganya yang merawatnya atau memeliharanya di rumah mereka, ia dibiarkan bekerja sendiri di jalanan. Hidupnya menjadi sangat tergantung dari pemberian orang lain.
Kedatangan Yesus mengubah hidup Bartimeus. Seorang buta mempunyai indra pendengaran yang lebih peka dari orang normal yang bisa melihat. Seorang buta mengandalkan indra pendengaran untuk ‘menyaksikan’ kehidupan di sekitarnya. Bartimeus paling tidak, sudah mendengar tentang kehebatan Yesus, ia juga mendengar bahwa Yesus adalah Putera Daud, raja Israel yang begitu termasyur.
Apa yang ia dengar itulah yang kemudian ia suarakan “Yesus Anak Daud, kasihanilah aku”. Ia tidak bisa melihat, namun ia mampu merasakan, yakni merasakan kehadiran Ia yang mempunyai kuasa untuk memberi belas kasih. Suara pertama yang ia perdengarkan adalah soal belas kasihan, soal pengampunan, bukan soal kesembuhan dari kebutaan atau harta kekayaan. Namun suara itu hendak dihalangi oleh mereka yang tidak buta dan tidak duduk di pinggir jalan. Namun ia tetap teguh memperdengarkan suaranya dan berseru tentang kasih Anak Daud. Keteguhan niat untuk berjumpa dengan Yesus mengubah hidupnya secara mendasar.
Bagi kita, pengalaman Bartimeus menjadi cerminan pengalaman kita. Tidak jarang kita hidup dalam keadaan yang tidak mampu untuk melihat keadaan disekitar kita, apalagi melihat karya dan kehendak Allah. Seolah hidup kita menjadi buta, tidak mampu berjalan ke depan dengan baik dan benar. Penglihatan yg seharusnya memampukan kita untuk melihat jauh kedepan dan merencanakan apa langkah ke depan yang bisa kita lakukan.
Mari kita mohon rahmat Tuhan supaya kita mampu melihat dengan hati dan iman akan peristiwa yang terjadi dalam diri kita. Mari mohon rahmat Tuhan supaya kita tidak hanya memandang hidup dari sisi penderitaan, tetapi supaya kita mampu untuk bersyukur dan berbagi. Bersama Bartimeus kita berseru “Rabuni, supaya aku dapat melihat!”.
Marilah berdoa :Ya Tuhan, kasihanilah kami orang berdosa. Ajarilah kami untuk mampu menggunakan secara optimal rahmat indra yang kami miliki. Semoga kami tidak membutakan mata kami yang tidak buta untuk melihat dengan iman apa yang kami alami. Dan selalu melihat Engkau yang hadir dalam hidup kami. Amin.
Met Hari Kamis.