Uskup Pidyarto OCarm: Jangan Buru-buru Mengajar, Belajar Dulu
Jakarta, SHALOMJKT.COM (31/10/20) – MENDAPAT kepercayaan berbicara tentang tema Dimuridkan untuk Memuridkan dalam ceramah umum Konvenda XI BPPG Jakarta pada 30 Oktober 2020, Mgr Pid merasa gembira. Dia gembira karena seseorang yang mau mengajar memang harus belajar atau dimuridkan terlebih dahulu. Ceramah dipancarkan melalui zoom dan disaksikan oleh 507 peserta terdaftar.
Uskup Pid sangat sepakat dengan tema yang diajukan kepadanya. Karena itu katanya dalam ungkapan Latin, “Nemo dat quot non habet –Tak seorang bisa memberikan, apa yang tidak ia miliki.”
Lanjut Uskup, ada pula istilah Ecclesia Discerns yang berarti gereja belajar dan Ecclesia Docens yang berarti gereja mengajar. “Memang benar, harus belajar dulu baru mengajar,” ungkap Uskup sekali lagi menegaskan kesetujuannya atas tema yang diberikan panitia.
Ungkap ahli Kitab Suci Perjanjian Baru ini, jika orang yang ilmunya terbatas mengajar orang lain, bisa ia menyesatkan muridnya….. (Mat 15:14).
“Kalau mau cepat mewartakan Firman, mereka yang mau secara professional mau mengajar orang lain, dia harus belajar sungguh-sungguh,” tambah Uskup Pid.
Uskup Pid lalu menunjukkan sejumlah contoh orang yang dididik atau belajar dalam Kitab Suci sebelum mereka mengajar seperti Musa yang dididik dalam segala hikmat orang Mesir (Kis7: 22-23). Atau para rasul yang dididik Yesus secara intensif selama 3 tahun. Lanjutnya, setelah dipanggil menjadi rasul, mereka tidak meninggalkan Yesus lagi. Mereka belajar ucapan, tingkah laku, tapi juga pengajaran Yesus.
Paulus itu belajar, membaca dan merenungkan Firman Allah (2 Tim 4:13). Apolos itu orang sangat mahir, tapi tetap belajar (Kis 18: 24-26. Ia belajar dari pasangan suami istri Akwila dan Priskila.
Sambung Uskup lagi, orang yang mau belajar dan mengenal Yesus harus menyatu dengan Yesus. “Kalau ranting tidak melekat dengan pokok, dia akan mengering. Karenanya kita harus menyatu: aku di dalam kamu dan kamu di dalam aku. Kalau ada yang mengaku murid Yesus, tetapi tidak berdoa, itu namanya menyangkal hakikat relasi dengan Yesus,” tegas anggota Ordo Carmelit ini.
Menjawab pertanyaan salah satu peserta soal aktifitas pemuridan oleh Gereja Katolik yang menurutnya kurang gencar dan tidak seperti gereja-gereja lain, Uskup Pid mengatakan, “Bahwa Gereja Katolik tidak segencar yang lain, barangkali iya, tapi pemuridan dalam berbagai bentuk tetap ada”. Dia lalu menunjuk kegiatan SEP dan KEP di Karismatik sebagai bentuk pemuridan. Keikutsertaan dalam renungan atau doa-doa lingkungan juga adalah tindakan pemuridan. “Kecil-kecil, tapi itulah pemuridan. Di karismatik ada SEP dan KEP. Di lingkungan ada katekese, doa dan renungan. Mungkin tidak radikal, tapi kita punya itu,” ungkapnya memberi contoh lagi. (SJ/01)