The Best Way to Find Yourself
Oleh John Kota Sando, Pr
Kekuasaan itu seperti gula yang dikerumuni semut karena ada manisnya. Tak sedikit orang yang mengatakan bahwa kekuasaan itu nikmat, maka banyak orang yang mencari dan memperjuangkannya dengan segala cara. Mungkin pendapat ini tak sepenuhya benar, bahwa banyak orang yang berjuang mencari kekuasaan karena mudah mendapatkan uang.
Maka tidak mengherankan kalau banyak pejabat politik dan pejabat publik lainnya yang jatuh dalam dosa korupsi. Banyak orang yang mencari kekuasaan demi popularitas dan kedudukan sosial yang tinggi. Maka tidak mengherankan kalau mereka sering menggunakan cara kotor untuk mendapatkannya. Banyak orang yang mencari kekuasaan demi kehormatan pribadi. Maka tidak mengherankan juga kalau mereka menjadi orang yang gila hormat dan tidak memiliki rasa malu dengan perilaku mereka yang tidak terhormat.
Yesus sangat terkejut bahkan merasa miris ketika mendengar bahwa para muridNya bertengkar di tengah jalan soal siapa yang terbesar di antara mereka. Yesus mulai menyadari akan bahaya yang terjadi, jika para muridnya memilki konsep yang salah tentang kepemimpinan dan kekuasaan. Maka kepada mereka Yesus mengajarkan sebuah konsep kepemimpinan dan kekuasaan yang didasarkanNya pada hukum cinta kasih. Yesus menasihat para muridNya dengan mengatakan begini : “Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan dari semuanya” (Mrk.9:35).
Yesus menguraikan konsep tersebut dengan sangat singkat, padat dan jelas. Dengan tanpa berbicara banyak tentang hal itu, Yesus secara tidak langsung ingin mengajarkan kepada para muridNya, bahwa yang dibutuhkan dari seorang pemimpin dan penguasa adalah tindakan nyata atau pelayanannya, bukan pada kata-katanya. Seorang pemimpin atau peguasa yang baik adalah seorang yang “sedikit berbicara, tapi banyak bekerja”.
Atas cara tertentu kita semua adalah pemimpin dan penguasa, setidak-tidaknya untuk diri kita sendiri. Namun bagaimana kita menjalankan tugas kepemimpinan dan kekuasaan itu adalah sesuatu yang juga harus dipelajari. Kita mempelajarinya dengan cara melakukan hal-hal kecil dan sederhana, tetapi memiliki nilai kebahagiaan yang besar. Bunda Teresa dari Calcutta mengatakan: “Not all of us can do great things, but we can do small things with great love” – Tidak semua dari kita dapat melakukan perbuatan besar, tetapi kita dapat melakukan perbuatan kecil dengan cinta yang besar.
Salah satu jalan untuk membahagiakan orang lain adalah melayani dengan tulus. Karena itu Bunda Teresa dari Calcutta pernah berpesan begini: Jika anda ingin membahagiakan orang lain, maka layanilah dengan tulus dan cintailah sampai “sakit”. Sakit di sini berarti mencintai dan melayani dengan penuh pengorbanan. Bacaan pertama dari Kitab Kebijaksanaan mengajarkan kepada kita bagaimana melihat pengorbanan sebagai bagian terpenting dari sebuah pelayanan. Seorang pelayan yang tulus harus siap untuk disakiti dan dilukai karena kebaikan, pengorbanan dan kejujurannya. Melalui bacaan kedua dari Surat rasul Yakobus, kita diingatkan agar jangan sampai pelayanan kita diracuni oleh sikap ego dan kepentingan diri. Sikap ego dan kepentingan diri dapat mendatangkan kejahatan. Bisa saja orang berkedok melayani, tetapi sesungguhnya ia ingin memperoleh keuntungan pribadi.
Melayani adalah salah satu cara kita mengenal diri kita sendiri. Dengan itu kita menjadi tahu dan sadar bahwa “tanpa orang lain diri kita tak dapat berbuat apa-apa, dan orang lain juga tak dapat berbuat apa-apa tanpa diri kita menjadi bagian dari mereka”. Roh dari pelayanan ada prinsip “kesalingan” antara diri kita dengan orang lain. Bapak Bangsa India Mahatma Gandhi mengatakan: “The best way to find yourself is to lose yourself in the service of others” – cara terbaik untuk menemukan diri anda adalah kehilangan diri sendiri dalam melayani orang lain.
Marilah kita merenungkan pesan mendalam dari kata-kata bijak ini: “Buah dari keheningan adalah doa. Buah dari doa adalah iman. Buah dari iman adalah cinta. Buah dari cinta adalah pelayanan. Dan buah dari pelayanan adalah kebahagiaan”. Maka ingatlah, kita bahagia dalam hidup ini bukan karena berlimpahnya harta yang ada pada kita, tetapi karena pelayanan yang kita berikan kepada orang lain dan karena pelayanan yang kita terima dari orang lain.
Salve dan Berkat Tuhan.
Jayapura, 19 September 2021.