JALANKU BUKANLAH JALANMU
Seorang ibu dan suaminya sudah menikah begitu lama. Mereka merindukan seorang bayi. Namun demikian, ibu itu tak kunjung mengandung. Ia sudah menjalani berbagai macam pengobatan untuk kesuburannya dan sudah menghabiskan banyak uang untuk usahanya itu. Namun semuanya adalah sia-sia. Setelah beberapa tahun menjalani pengobatan itu, dokternya mengatakan : “Saya minta maaf. Saya sudah tidak bisa melakukan hal lain. Saya dengan berat hati menyampaikan bahwa engkau tidak mungkin memiliki anak”.
Ibu itu tentu sangat kecewa dan kecil hati. Pada suatu hari ia sudah sangat lelah berjuang untuk mendapatkan seorang bayi. Ia kemudian berkata kepada Allah : “Ya Allah, aku tidak akan meminta kepadaMu bayi dari kandunganku. Engkau sudah tahu apa yang aku inginkan. Aku serahkan semuanya kepadaMu”. Sejak itu seluruh pikiran dan hatinya tidak lagi dikuasai oleh keinginan untuk memiliki bayi lagi sehingga ia mengalami ketenangan. Sebaliknya, ia bersyukur kepada Allah karena Ia mengendalikan hidupnya dengan mengatakan : “Ya Allah, bukan kehendakku, tetapi kehendak-Mulah yang terjadi”. Beberapa kemudian keluarga itu mendapatkan telefon dari temannya untuk mengadopsi anak perempuan kembar. Mereka sangat bahagia dengan kehadiran bayi kembar itu. Dua tahun kemudian ibu tiba-tiba mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Kini keluarga itu memiliki tiga anak yang cantik dan ganteng. Keluarga itu menyampaikan doa syukur kepada Allah : “Ya Allah, ternyata Engkau melatih kami menjadi orang tua bagi kedua bayi yang Engkau anugerahkan kepada kami sebelum Engkau memberikan anak kami sendiri”.
Kesaksian tersebut mengingatkan kita bahwa kita hendaknya tidak menghabiskan hidup kita hanya untuk mencurahkan pada suatu hal, yaitu impian kita. Kita pasti akan lelah dan kecewa jika impian kita tersebut tidak kunjung terwujud. Kita akan kecewa ketika apa yang kita pikirkan dalam seluruh hidup kita tidak menjadi kenyataan. Kita tidak akan pernah bahagia sampai impian kita datang. Kita memang harus berserah kepada Allah dengan berdoa : “Ya Allah, saya percaya kepadaMu. Aku yakin bahwa Engkau mengetahui yang terbaik bagiku. Walaupun jalan-Mu tidak sesuai dengan jalan yang kuinginkan, aku tetap bahagia. Aku akan selalu bersyukur atas apa yang telah Engkau berikan kepadaku”. Jalan Allah kadang sulit untuk kita mengerti, tetapi pasti baik bagi kita. Jalan Allah bukan jalan kita : “Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu” (Yesaya 55 : 8 – 9).
Salam Tangguh
Romo Felix Supranto, SS.CC