24 Juni, 2019 Kelahiran St. Yohanes Pembaptis
SENIN (P)
Yesaya 49:1-6
Mazmur 139:1-3, 13-15
Lukas 1:57-66, 80
(57) Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki. (58) Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. (59) Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, (60) tetapi ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” (61) Kata mereka kepadanya: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.” (62) Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. (63) Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: “Namanya adalah Yohanes.” Dan merekapun heran semuanya. (64) Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. (65) Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. (66) Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia. (80) Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel.
IKUT MEMPERSIAPKAN JALAN
“Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan, telah menyebut namaku sejak dalam perut ibuku” — Yesaya 49: 1
DUA KALI pesta Yohanes pembaptis kita peringati dan rayakan. Pertama, sewaktu wafatnya, 29 Agustus dan kelahirannya, 24 Juni, hari ini, enam bulan sebelum kelahiran Tuhan Yesus. Bacaan pertama dari Kitab Yesaya yang mengkisahkan tentang panggilan sang nabi sejak masih dalam kandungan ibunya, dipakai Gereja menggambarkan panggilan Yohanes Pembaptis.
Panggilannya itu dari Allah, maka disebutkan, ia dipanggil sejak dari kandungan ibunya. Kalau kita amati perjalanan sejarah hidupnya, dalam Kisah Para Rasul, Lukas menegaskan bahwa Yohanes Pembaptis ini telah penuh dengan Roh Kudus sejak dari rahim ibunya (Luk 1: 15), mengungkapkan karunia kenabiannya dengan menyambut dan mewartakan datangnya Yesus (Kisah 13:24). Dalam rahim ibunya ia melonjak kegirangan sewaktu mendengar suara Bunda Maria, ibu Yesus (Luk1:41). Dan saat kelahiran Yohanes, terjadilah mukjizat penyembuhan (Luk 1: 64). Dan Allah mendapatkan banyak pujian (Luk 1: 64,67) dst). Banyak sekali jiwa-jiwa bertobat, juga sebelum Yohanes menjadi dewasa (Luk 1: 65-66).
Dan bagi kita ? Setiap orang dari kita ikut serta dalam perutusan Yohanes Pembaptis ini, yakni ‘mempersiapkan jalan bagi Tuhan,’ baik bagi perorangan maupun kelompok orang (Mat 3: 3). Bisa saja kita sebenarnya menjadi anak yang tak-diinginkan , tetapi Allah menginginkan serta menghendaki kita-kita. Malahan Allah telah memiliki rencana bagi kita (Ibr 11: 40, Ef 2: 10). Tuhan Allah itu sagat mengenal kita masing-masing dari dalam pribadi kita (Mzm 139: 1-5). Tuhan memanggil kita dengan nama kita masing-masing (Yes 43: 1). Matius mencatat apa yang dikatakanYesus, bahwa sebelum Yohanes ini belum pernah ada orang yang sebesar Yohanes. Tetapi Yesus juga menegaskan bagi kita-kita ‘yang berada dalam Kerajaan Surga’, betapapun kecil dan tak berartinya tetap masih ‘lebih besar’ daripada Yohanes Pembaptis (Mat 11:11).
Perlu kita mengikuti jejak Santu Yohanes Pembaptis, menuntun dan membawa sebanyak mungkin orang kepada Yesus , “Sang Anak Domba Allah” (Yoh 1: 36-37).
Doa : Ya Yesus, semoga Dikau semakin bertambah sedang daku
semakin berkurang (Yoh 3:30).
Pujian: “Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-
bangsa, supaya keselamatan yang daripada-Ku sampai ke
ujung bumi!” — Yesaya 49: 6
Pujian: Salah satu Paroki di Jakarta berpelindung Santu Yohanes Pembaptis. Bukan saja karena diresmikan tepat pada hari pesta Sang Pelindung, tetapi lebih-agar Umat di Paroki tersebut diminta bersemangat seperti Santu Yohanes, yakni mempersiapkan jalan bagi Tuhan Yesus dan rendah hati.