22 Juli, 2019 St Maria Magdalena
SENIN (P)
Kidung 3:1-4a atau 2 Kor 3: 14-17
Mzm 63: 2-6, 8-9
Yohanes 20:1-2, 11-18
(1) Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. (2) Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” (11) Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, (12) dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. (13) Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” (14) Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. (15) Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” (16) Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru. (17) Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” (18) Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
BERLATIH UNTUK BEBAS MERDEKA
“Lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir, daripada mati di padang gurun ini.” —Keluaran 14:12
KITA-KITA INI BERSEDIA kehilangan kebebasan kita guna memperoleh sesuatu atau untuk menghindari sesuatu, yakni setan yang lihai dalam memperbudak kita (Ibr 2:15). Bila diri kita ini atau kebebasan kita ini dapat dibeli , setan akan membelinya ‘ya dirikita ya kebebasan kita’. Bila kita ini bisa diancam dan ditakut-takuti, maka ia akan memperbudak kita lewat rasa takut, atau dia senang main-main dulu, dan dengan permainan itu kita terjebak kehilangan kebebasan kita
Maka agar kita mampu menghindari setan yang merampas kebebasan kita, kita perlu menerima rahmat agar kita dapat dan selau mengucap “Kekebasan kita tidak untuk dijual !” Kita harus berani bertekad mau mati demi kekebasan kita dalam Kristus. Tidakkah hal itu yang selalu para nartir katakan, ‘mati demi Kristus’ ?
Kita sangat tergila-gila untuk dapat bebas, sebab kebebasan adalah dasar dari Kasih. Sebab Allah itu Kasih (1 Yoh 4:8, 16), makna dari hidup kita di dalam Kristus adalah Kasih, adalah Cinta. Kita sangatlah sayang dan sangat melindungi kebebasan kita itu, sebab dengan itu kita dapat menghayati hidup Kasih. Kita mengasihi sebab Kristus sendiri lebih dahulu mengasihi kita dan Dia-lah yang membebaskan kita (1 Yoh 4:19). Sebab kita-kita ini sebagai murid-murid Kristus dapat hidup dalam kebebasan, maka kita dapat hidup dalam kasih. Maka mari kita nyatakan kebebasan kita, kemerdekaan kita, Kita tetap tinggal dalam kasih.
Doa : Bapa, tunjukkan kepada kami relasi antara dorongan
nafsu dan tiadanya kasih.
Janji : “Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku. Ia telah
menjadi keselamatanku.” —Keluaran 15:2
Pujian : St. Maria Magdelana yang kita peringati hari ini, dia begitu mengasihi Yesus. Ia berdiri tegar di bawah salib Yesus. Ia tetap setia sampai akhir hidupnya.Dan dialah yang tercatat dalam Injil pribadi yangpertama mendapat karunia penampakan Tuhan setelah bangkit-Nya.