9 September 2019 S. Petrus Klaver, Imam
SENIN (Hijau)
Kolose 1:24-2:3
Mazmur :62:6-7,9
Lukas 6:6-11
(6) Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. (7) Guru Taurat dan orang Farisi mengamat-amati-Nya. Mereka ingin tahu apakah Ia akan menyembuhkan orang pada hari Sabat. Jika Ia melakukannya, mereka mempunyai alasan untuk mengadukan-Nya. (8) Yesus tahu pikiran mereka lalu Ia berkata kepada orang yang tangannya lumpuh itu, “Bangkitlah dan berdiri di depan orang ini.” Orang itu pun bangkit dan berdiri di sana. (9) Kemudian Yesus bertanya kepada orang-orang yang ada di situ, “Menurut agama, kita boleh berbuat apa pada hari Sabat? Berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan orang atau mencelakakan?” (10) Yesus melihat sekeliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang itu, “Ulurkanlah tanganmu.” Orang itu mengulurkan tangannya, dan tangannya pun sembuh. (11) Tetapi guru-guru agama dan orang-orang Farisi itu marah sekali, dan mulai berunding mengenai apa yang dapat mereka lakukan terhadap Yesus.
BERBUAT BAIK ATAU BERBUAT JAHAT ?
Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik
atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” —- Lukas 6:9
SETIAP MANUSIA memiliki Suara Hati untuk membedakan hal yang baik dengan hal yang jahat. Dalam mengambil keputusan, kita dipengaruhi oleh kedua hal tersebut.
Suara jahat dapat muncul dari berbagai hal, antara lain:
1. Muncul dari dalam diri sendiri, yaitu kedagingan: nafsu buruk yang ada dalam diri kita. Kedagingan akan menentang kehendak Allah; saat mau berbuat baik tentu kita perlu melakukan pengorbanan, atau dikenal dengan istilah bayar harga, yang dapat berupa uang, tenaga, atau waktu. Saat itulah kedagingan akan muncul dan menghasut kita untuk tidak berbuat baik. Kedagingan membuat kita mulai melakukan perhitungan untung dan rugi, tidak mau direpotkan, tidak mau keluar dari zona nyaman dan berbagai alasan lainnya.
2. Berasal dari luar diri kita, misalnya keluarga, teman, atau orang yang tidak menyukai kita. Biasanya keluarga melarang berbuat baik juga karena pertimbangan untung rugi, tidak mau direpotkan, tidak mau keluar dari zona nyaman. Sedangkan dari teman atau orang yang tidak menyukai kita biasanya karena faktor iri hati (seperti yang dilakukan orang Farisi dalam Injil hari ini), mereka akan berusaha cari kesalahan kita untuk menjatuhkan kita sekalipun kita berbuat baik.
Suara jahat ini akan bertentangan dengan suara baik, yaitu suara Tuhan yang ada dalam diri kita yang melibatkan Roh Kudus yang memimpin dan mengajar kita tentang kebaikan.. Kedua suara ini akan berperang dalam diri kita untuk menjadi pemenang yang mempengaruhi diri kita. Dan yang akan menjadi pemenang adalah suara yang lebih sering kita beri makan. Bila kita sering berdoa dan baca Alkitab, maka pastilah suara baik yang menang. Tetapi bila ia hidup dalam kedagingan, maka patilah suara jahat yang akan memenangkan pertempuran ini.
Untuk itu marilah kita lebih banyak untuk memberi makan suara baik yang ada dalam diri kita dengan terus mendekatkan diri pada Tuhan dan melakukan kehendak-Nya dengan setia. (NL)
Doa: Ya Bapa, senantiasa curahkan Roh KudusMu kepada kami, agar kami dapat dengan mudah untuk memilih perbuatan baik yang sesuai kehendak-Mu.
Janji: “Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita”
—-Mazmur 62:9
Pujian: Walau tidak banyak, tetapi pasti selalu ada orang di sekitar kita yang meneladani Tuhan Yesus dan mau melakukan tindakan yang pentuh dengan cinta kasih untuk membantu dan menyelamatkan orang lain. Puji Tuhan !