SELASA
(Hijau)
07 JULI
Hosea 8:4-7, 11-13
Mazmur 115:3-4, 5-6, 7ab-8, 9-10
Matius 9:32-38
32 Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. 33 Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.” 34 Tetapi orang Farisi berkata: “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.” 35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. 36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. 37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. 38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
MENANGGAPI PANGGILAN MEWARTAKAN KEBESARAN TUHAN
“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” —– Matius 9:37
DALAM BACAAN Kitab Suci hari ini, dikisahkan bagaimana seseorang menjadi bisu karena kerasukan setan disembuhkan oleh Yesus (Mat 9:32). Ada tafsir, karena waktu itu ilmu kedokteran belum maju seperti sekarang, orang Yahudi beranggapan bahwa sakit-penyakit itu disebabkan oleh dosa sendiri atau dosa orang tua, atau karena gangguan setan. Di sini orang yang membawa orang bisa kepada Yesus menganggapnya karena diganggu setan yang merasukinya. Sebagai orang bisu, tentulah ia mempunyai banyak keterbatasan.
Setelah disembuhkan Yesus, orang-orang menanggapinya dengan kagum sebagai ‘sebuah peristiwa yang belum pernah dilihat orang di Israel’ (Mat 9:33), barulah ia mampu berkata-kata. Namun bagi orang Farisi, yang tidak menyukai Yesus, berkomentar miring. Mukjizat penyembuhan Yesus dianggap menggunakan kuasa pemimpin setan untuk mengusir setan (Mat 9:34)
Kita tahu bahwa orang yang telah disembuhkan dari penyakit bisu, pasti menjadi sangat berbahagia. Ia akan mampu dan bebas menyampaikan pikiran dan keinginannya. Ia juga menjadi mampu untuk mewartakan mukjizat Yesus yang telah dialaminya. Ia ingin dan bisa bersaksi.
Kabar Baik memang harus diwartakan, tetapi seringkali terkendala karena masih sedikit orang yang mau menyampaikannya. Banyak sekali orang yang lemah tetapi sangat rindu akan Kabar Gembira yang Yesus wartakan, tetapi masih sedikit sekali yang bisa menyampaikan kepada mereka. Yesus gambarkan mereka itu seperti ‘domba tanpa gembala’ (Mat 9: 36). Maka tepatlah kalau Yesus berkata kepada para murid-Nya “tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit” (Mat 9:37).
Sebagai murid-murid Yesus, kita perlu memohon karunia kuat untuk mau dan mampu serta dan terus memampukan diri agar terbebas dari keterikatan ‘cinta-diri’ kita lalu memperhatikan keselamatan orang lain. Kita perlu juga memohon Roh Kudus agar berkenan menjadikan kita berani mewartakan Kabar Baik-Nya. Kita akan mampu menghadirkan Yesus, karena mempunyai telinga untuk mendengar, mempunyai mulut untuk berkata-kata dan mempunyai mata untuk melihat dan menyampaikan kebaikan Tuhan (Mzm 115:5-6).
Setiap perbuatan baik di mata Tuhan yang kita lakukan merupakan wujud syukur, pertobatan, dan cinta kita kepada-Nya serta kepedulian kita akan keselamatan sesama. Kita perlu menanggapi seruan Yesus, agar kita para murid-Nya ini saat ini dan di sini memohon dan meminta kepada yang Empunya tuaian, agar berkenan mengirimkan pekerja-pekerja-Nya untuk bersama-sama menuai di ladang Tuhan dengan penuh sukacita. (TON)
DOA: Yesus, mampukanlah aku berani menjadi pewarta Kabar Baik-Mu yang setia di lingkungan-ku. Amin.
JANJI : “Mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat. Mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium.” —- Mazmur 115:5-6
PUJIAN: Waktu kecil Bu Sisil sering menyanyikan lagu bahasa Jawa “Srengenge Nyunar”. Suatu lagu pujian kepada Allah atas ciptaan-Nya. ‘Matahari bersinar terang, burung berkicau, bunga mewangi, dan hewan-hewan makan di rerumputan. Dan semua ‘memuji Allah yang Mulia’. Saat ini lagu tersebut sering dinyanyikannya, di saat mengajar Sekolah Minggu BIA., agar anak-anak selalu bersyukur mempunyai Allah yang begitu baik.