SABTU
(Putih)
18 April
Kisah pr Rasul 4: 13-21
Mazmur 118: 1, 14-15ab,16,18-21
Matius 16: 9-15
(9) Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? (10) Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian? (11) Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.” (12) Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksud-Nya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki. (13) Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” (14) Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” (15) Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”
YANG SOMBONG DAN PANDAI – DIPERMALUKAN
“Tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan apa yangtelah kami dengar” — Kisah 4: 20
PARA PIMPINAN orang Yahudi tetap menutup hati, bersikeras tidak mau percaya. Mereka pernah berjumpa dan mendengar ajaran Yesus serta apa saja yang dilakukan Yesus. Ditambah lagi mereka juga sudah mendengar kesaksian murid-murid Yesus , mereka tetap menolak pewartaan Injil.
Mereka memandang rendah Petrus dan Yohanes, sebab kedua-duanya tak terpelajar dan tak berprofesi sebagai guru, tak berkedudukan dalam masyarakat. Mereka berdua hanya nelayan – pencari ikan di danau Galilea. Bagaimana mungkin orang semacam itu bisa berkata-kata atas nama Allah ? Mereka – para ahli Taurat dan Farisi — merasa dipermalukan !
Di sinilah letak mukjizatnya. Allah telah memilih orang-orang yang sederhana dan tak punya kuasa untuk menarik perhatian para penguasa bangsa dan agama ! Meski nyata-nyata di hadapan mata mereka si lumpuh telah sembuh berkat Nama Yesus yang dipanggil oleh murid Yesus, toh mereka ini tetap tertutup hati dan budinya, dan tetap ingin membungkam mulut kedua rasul.
Anehnya, justru dihadapkan ancaman keras dari pimpinan agama Yahudi, Petrus dan Yohanes semakin gila keberaniannya (Kisah 5: 12-13). Sikap dan keberanian keduanya bukan ungkapan perlawanan atau berontak tetapi ungkapan iman dan kepatuhan akan Allah. Petrus yang dulunya pernah menyangkal Yesus, karena takut, saat ini ia tampil lain dari yang lain. Ia berani bersikap dan bertindak tanpa memperdulikan akibat-akibatnya. Keberaniannya tidak keluar dari kekuatan dirinya , melainkan karena karya Roh Kudus yang bekerja di dalam diri mereka. Dan di hari Pentakosta bagi Petrus, dia berkeyakinan kokoh dan teguh, layaklah mempertaruhkan hidupnya bagi Yesus. Tidak akan ada ancaman , hukuman dan penganiayaan yang mampu meredam tekadnya.
Dan kita ? kita juga dapat percaya penuh pada kuasa kasih dan rahmat Allah yang bekerja dalam diri kita. Yesus ingin sekali memberi kita Roh Kudus-Nya untuk membantu kita agar tumbuh dalam iman dan berbuah dalam pelayanan bagi-Nya. Memang Yesus bisa melakukan semuanya sendiri. Tetapi dalam kenyataan Ia selalu menggunakan kita-kita sebagai alat dan sarananya yang lemah ini untuk melakukan mukjizat. Maka tak heran kalau Dia memilih nelayan penjala ikan menjadi rasul-rasul-Nya.
Di zaman digital ini, Tuhan akan tetap memanggil dan mengutus mereka-mereka yang lemah dan sederhana untuk menyalurkan rahmat keselamatan-Nya. Dan kitalah duta-duta ‘harapan’ dan ‘kasih’-Nya bagi dunia ini yang sangat mendambakan penebusan.
DOA : Ya Roh Kudus utuslah Roh Kudus guna mengisi hatiku dengan keberanian ilahi !
JANJI : “Silakan kamu putuskan sendiri, manakah yang benar di hadapan Allah: Taat kepada kamu atau taat kepada Allah!” — Kisah 4: 19
PUJIAN: Adanya Sekolah /Kursus Evangelisasi Pribadi (SEP / KEP) di Keuskupan-keuskupan dan paroki-paroki di negeri kita, Roh Kudus telah merubah banyak orang menjadi pengajar dan pewarta Kabar Gembira dan pelayan-pelayan, yang siap diutus ke tempat yang membutuhlan pelayanan.