4 Mei 2019
SABTU (P)
Kisah Para Rasul 6:1-7
Mazmur 33:1-2.4-5.18-19
Yohanes 16:16-21
(16) Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku. (17) Mendengar itu beberapa dari murid-Nya berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya Ia berkata kepada kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?” (18) Maka kata mereka: “Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu apa maksud-Nya.” (19) Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu kepada-Nya, lalu Ia berkata kepada mereka: “Adakah kamu membicarakan seorang dengan yang lain apa yang Kukatakan tadi, yaitu: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? (20) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. (21) Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.
NAKHODA PERAHU KEHIDUPAN KITA
Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui
—- Yohanes 6:21
BAGAIMANA ‘PERAHU’ kita saat melakukan pelayaran kehidupan selama ini? Siapa yang menjadi ‘nahkoda’-nya? Dalam kehidupan selalu ada gelombang; ada yang kecil, tetapi tidak jarang juga ada gelombang yang besar, dari angin sepoi-sepoi sampai angin kencang. Pada saat menghadapi gelombang besar dan angin kencang, kita tentu mengayuh lebih kuat, bahkan dengan segenap kekuatan kita berusaha mengatur arah perahu kita. Akhirnya tenaga kita pun habis, kita merasa sangat kelelahan dan tidak mampu lagi mengandalkan kekuatan sendiri. Saat itu kita dilanda oleh perasaan takut dan tidak memiliki daya lagi, sehingga akhirnya perahu kita kandas dan tidak sampai ke pantai tujuan.
Dalam Injil hari ini, diceritakan saat murid-murid Yesus mengalami keadaan angin kencang dan kesulitan mengendalikan perahu mereka. Mereka melihat Yesus yang berjalan di atas air mendekati perahu mereka, tapi mereka tidak mengenali Yesus, malah mereka ketakutan. Demikian juga saat kita menghadapi badai, kita merasa ketakutan; jika saat itu kita belum atau tidak mengenal Yesus, yang sedang mendekati kita dan hendak menolong kita, maka kita tidak akan sampai pada tujuan hidup kita.
Tetapi, bila kita mau mau mengenal dan menghadirkan Yesus dalam perahu kehidupan kita, kita akan selalu mendengar Yesus berkata : “Aku ini, jangan takut!”. Jika kita mau menerima dan menyambut Yesus dengan sepenuh hati dalam perahu kita, maka kita akan kuat dalam menghadapi gelombang, angin sekuat apapun.
Marilah kita renungkan, apakah kita sudah menaikkan Yesus ke dalam perahu kehidupan kita atau kita lebih sering berlayar sendiri? (HUI2)
Doa: Tuhan Yesus, hadirlah dalam setiap perjalanan hidup kami, sehingga kami senantiasa kuat menghadapi badai kehidupan, dan akhirnya dapat sampai ke tujuan kami sesuai dengan kehendak-Mu.
Janji: Sesungguhnya, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setiaNya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan —- Mazmur 33:18-19.
Pujian: Peregrine Laziosi (1265-1345), yang kita peringati hari ini secara manasuka, adalah seorang imam yang bekerja dengan semangat tinggi. Ia bergabung menjadi imam di Siena dan terkenal karena melakukan pekerjaannya dengan tekun. Ia juga terkenal karena kesucian hidupnya dan khotbah yang dibawakannya. Selain itu, ia juga sering membantu orang yang sedang dalam kesulitan.