24 April, 2019
RABU (Putih)
Kisah Para Rasul 3:1-10
Mazmur 105:1-4, 6-9
Lukas 24:13-35
(13) Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, (14) dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. (15) Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. (16) Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. (17) Yesus berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram. (18) Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?” (19) Kata-Nya kepada mereka: “Apakah itu?” Jawab mereka: “Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. (20) Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. (21) Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. (22) Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, (23) dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. (24) Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat.” (25) Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! (26) Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” (27) Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. (28) Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. (29) Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: “Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. (30) Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. (31) Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. (32) Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” (33) Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. (34) Kata mereka itu: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.” (35) Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
HATI YANG BEROBAR-KOBAR !
“Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan… ?” —Lukas 24:32
SORE HARI, di Hari Kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan Diri dan berjalan bersama dua murid-Nya dan berbincang-bincang dengan keduanya. (Yesus) lalu menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari Kitab-kitab Musa dan Kitab-kita nabi-nabi” (Luk 24: 27). Sewaktu Yesus mengajar Kitab Suci kepada kedua murid-Nya, hati mereka terasa terbakar ! (Luk 24: 32). Rasa perasaan itu berarti hati mereka baru disucikan dan dimurnikan. Ini artinya, sore hari – hari kebangkitan-Nya- Yesus memurnikan hati murid-Nya lewat pengajaran Kitab Suci (firman) (Ef 5: 26).
Maka kalau kita memberi kesempatan kepada Yesus memurnikan hatikita, kata-kata kita akan menjadi kuat penuh kuasa , berdaya penyembuhan dan mampu merubah pola hidup orang-orang yang mendengarkan kita. Kita berbicara keluar dari melimpahnya ‘perbendaraan hati’ kita (Luk 6: 45). Upama saja, kita ingat, kata-kata Petrus (kotbahnya) setelah hari Pentakosta itu adalah “roh dan hidup” (Yoh 6: 63). Petrus membawa ribuan orang ke Kristus di hari pertama Pentakosta kristiani (Kisah 2: 14, 41). Petrus berkata kepada orang yang lumpuh sejak lahir agar bangkit dan berjalan dan orang itu sembuh total (Kisah 3: 6 dst). Roh Kudus juga mendatangi dan mengurapi keluarga Kornelius, sewaktu Petrus memulai kotbahnya kepada mereka (Kisah 10:44).
Maka kalau kita berbicara keluar dari hati yang murni, kita berbicara dari hati Allah. Kita lalu dapat berbicara dengan kuat kuasa firman Allah sendiri. Berbahagialah orang yang murni hatinya, sebab mereka akan melihat Allah (Mat 5: 8).
Doa :Ya Bapa, murnikanlah hati kami dengan iman (Kisah 15:9).
Janji : “Dan kedua orang itupun menceritakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti” (Luk 24: 35).
Pujian:Sebagai pengajar firman yang diakui PKK Jakarta, pak Endarji menenguhkan imannya dengan setiap hari dengan menghadiri Ekaristi di gereja parokinya.