R A B U
(Ungu)
18 Maret
St. Cyrilus dari Yerusalem
Ulangan 4:1, 5-9
Mazmur 147:12-13, 15-16, 19-20
Matius 5:17-19
(17) Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (19) Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
HIDUP BARU DENGAN HUKUM BARU
“Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Allah” —Matius 5:19
DALAM INJIL ada peristiwa yang menarik: Ada seorang ahli Taurat, yang menyadari bahwa Yesus memberi jawaban yang tepat atas pertanyaan yang diajukan kepada-Nya, lalu ia mencoba bertanya, “Hukum manakah yang paling utama?” (Mrk 12: 29). Peristiwa ini dikisahkan oleh ketiga penginjil, yang biasa disebut ‘Sinoptici’. Dapat kita lihat pada Matius 22: 14-40, Lukas 10: 25-28. Kita tidak tahu persis apa yang melatar belakangi ahli Taurat bertanya. Mungkin ia memang mau nge-test Yesus. Atau memang ia sendiri bingung karena saking banyaknya perintah-perintah.
Kalau kita membaca kitab-kitab Tafsir, kita diberi tahu bahwa dalam Perjanjian Lama ada 613 perintah atau huum Taurat, yang umat harus patuhi. Kita tidak heran kalau mereka bingung, tidak mungkin mematuhi semuanya! Lalu tak heran kalau mereka lalu bertanya kepada Yesus sang Guru, “mana hukum yang utama mana yang tidak” !
Dalam Perjanjian Baru, Yesus menentukan standard (patokan) yang lebih tinggi. Kita diminta mematuhi tidak hanya perintah yang kecil-kecil (Mat 5:18), tetapi lebih-lebih pada semangat atau roh di balik perintah-perintah itu (2 Kor 3:6). Tidak hanya Kesepuluh Perintah Allah yang kita patuhi tetapi juga Sabda Bahagia. Kalau kita cermati, Yesus melarang perbuatan-perbuatan yang dulunya diperbolehkan, katakan saja “marah-marah”, “cerai”, “bersumpah”, “Membalas dendam” dan “membenci musuh” (Mat 5: 21 dst). Malahan bila perlu, kita harus menolak godaan-godaan, sampai-sampai dikatakan, “cukil matamu”, “potong tanganmu” atau malahan sampai “mempertaruhkan hidup kita” (Mat 5: 29-30). Kalau kita bersikap, coba ‘anda sendiri’ lakukan dulu, beri contoh, tuntutan-tuntutan Yesus itu benar-benar menggangu kita, membuat kita sama sekali tidak tenang. Tetapi kalau kita bersikap seperti Bunda Maria, ‘itulah hidup – terjadilah padaku!’ (Luk 1: 38), kita tidak akan bingung, malah sebaliknya kita sangat tertarik, kita akan ditarik ke suatu dimensi baru, yakni dimensi ‘rahmat’ – ‘kasih-karunia’, dimensi mukjizat dan misteri !
Segi-segi yang terpenting dalam hidup ini –termasuk kematian – itu semua di luar kemampuan kita sebagai manusia biasa. Dalam hal ini kita sangat-sangat membutuhkan bantuan Yesus agar Ia berkenan membawa kita ke alam adi-kodrati. Maka, mengapa kita tidak memulai sekarang saja, kita menghayati hidup rahmat istimewa dari Baptis kita ? Serahkan kepada Yesus, Ia tetap sanggup mengerjakan hal-hal yang tak mungkin dalam hidup kita.
DOA : Bapa, dalam Masa Puasa ini, ajarlah diriku ‘hidup baru yang benar-benar radikal dalam menghayati Janji-janji Baptis’-ku !
JANJI : “Sebab bangsa besar manakah, yang mempunyai ‘allah’ yang demikian dekat kepadanya, seperti TUHAN, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya” — Ulangan 4:7
PUJIAN: Santo Syrilus dari Yerusalem yang hidup dalam abad ke-IV. Dia-lah yang mempromosikan dan menjadi kota Yerusalem menjadi tempat suci untuk berziarah bagi umat kristiani. Meski pernah dua kali
dihukum dan dibuang, ia kembali melayani keuskupannya di Yerusalem.