2 Januari 2019 St. Basilius Agung dan Gregorius dari Nazianze
RABU (Putih)
1 Yohanes 2: 22-28
Mazmur 98: 1 – 4
Yohanes 1: 19-28
SIKAP HIDUP YANG BENAR
“Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias.”
—-Yohanes 1:20
SEMUA ORANGTUA pasti mendambakan anak-anaknya selalu berkata tulus, jujur dan tidak berbohong. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadilah pergeseran nilai yang mengubah karakter seseorang. Dan ini cenderung menutupi hal yang sebenarnya. Di dunia ini banyak hal relatif disembunyikan demi untuk yang menjaga nama atau demi keharmonisa relasi. Ada anak yang terpaksa berbohong pada orang tuanya bila mendapat nilai jelek supaya tidak dimarahi. Ada suami yang diam-diam memberi uang pada ibunya tanpa sepengetahuan istrinya agar tidak menimbulkan keributan. Ada perusahaan yang membuat laporan keuangan ganda supaya keuntungan yang diperoleh dapat lebih besar tanpa dipotong pajak, dan lain sebagainya. Semuanya itu mencerminkan sikap hidup manusia.
Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian yang benar ketika orang-orang Yahudi dari Yerusalem menanyakan perihal dirinya melalui beberapa imam dan orang-orang Lewi. Dengan jujur, Yohanes mengaku bahwa dirinya bukanlah Mesias, Elia ataupun nabi yang akan datang. “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.” (Yoh 1:23). Dalam hal ini Yohanes Pembaptis telah berkata dan bertindak dengan benar. Tidak ada dusta dalam sikap perbuatannya. Yohanes telah memberi teladan yang baik bagi kita semua.
Sebagai murid Kristus, kita, – anda dan saya – percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Yang Terurapi. Dialah yang menjanjikan hidup kekal bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Tuhan tidak asal-asalan menjanjikan hidup kekal kepada kita, namun Dia meminta kita supaya hidup dalam Dia. Bagi kita yang hidup dalam Tuhan Yesus, pastilah kita juga hidup dalam Bapa. Kita yang mengaku Yesus sebagai Anak Allah, pasti memiliki Bapa. Bapa dan Anak adalah satu. Anda dan saya telah menerima pengurapan dari-Nya. Ia mengajarkan kita segala sesuatu yang dikehendaki-nya dan agar kita tetap tinggal di dalam Dia.
Tuhan Yesus menghendaki sikap hati dan sikap hidup yang benar dan baik seturut teladan-Nya. Ajaran yang tertuang dalam Kotbah-Nya di bukit, meminta kita agar kita menjauhi kebohongan, kesombongan, tidak mencari hormat duniawi, menjaga budi bahasa yang manis dan sabar dalam segala hal, dan masih banyak lagi yang bisa kita teladani dari orang-orang kudus yang telah meneladani Sang Guru, yakni Tuhan Yesus. Memang tidak mudah ketika kita dihadapkan pada kesukaran untuk melakukan semua itu karena banyak pertimbangan yang akhirnya menjadi kendala untuk melakukannya. Pertimbangan itulah yang menjadi batu ujian bagi kita. Bila kita dapat melewatinya maka nyata benar bahwa kita telah hidup di dalam Dia. “Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.” (Mzm 98:3). Dengan kemauan yang kuat untuk selalu bersikap benar dan baik, serta berpegangan kuat pada Sumber Kebenaran, maka Anda dan saya pastilah dapat sampai dengan selamat pada kehidupan yang kekal. Semoga demikian! (LP)
Doa : Tuhan Yesus, berilah aku rahmat-Mu untuk selalu hidup jujur dan sabar baik dalam tutur kata maupun tingkah laku sehingga aku dapat memuliakan nama-Mu selamanya. Amin.
Janji: “Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita,
yaitu hidup yang kekal”. —1 Yohanes 2:25
Pujian: Santo Basilius Agung dan Santo Gregorius dari Nazianze giat dalam membela kebenaran ajaran Kristiani terhadap serangan kaum Arian. Basilius sangat memperhatikan kepentingan umatnya, terutama yang miskin dan melarat. Begitu juga dengan Gregorius yang mengajarkan umat untuk tetap berbudi bahasa manis dan sabar dalam menghadapi kaum itu.