21 Juli, 2019 Minggu Biasa XVI
MINGGU (H)
Kejadian 18: 1-10a
Mzm 15: 2 – 5
Kolose 1:24-28
Lukas 10: 38-42
(38) Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, (40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”
TEMPAT BELAJAR MENDERITA
“Sekarang aku bersukacita , bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus untuk tubuh-Nya, yaitu Jemaat”.” —Kolose 1:24
SEBELUM KITA mengabdikan diri kita seutuhnya kepada Tuhan, secara naluriah tentu kita memilih hidup yang nikmat dengan mencari kepuasan sebanyak-banyaknya dan menghindari derita sejauh-jauhnya. Sebab kasih yang benar dan sejati sering mengandung derita, hidup berpedoman mencari kepuasan semaximal mungkin dan menghindari derita sekecil mungkin, ini semua mengarah dan menuju ke sikap egois atau cinta diri dan sikap kasih yang sesedikit mungkin.
Bila kita bertobat, kita memilih kasih, dan pengabdian penuh kepada Tuhan. Ini berarti kita memilih kasih yang sebesar-besarnya, apapun derita yang harus kita tanggung. Konkritnya, kita memilih memanggul salib setiap hari dan mengikuti Yesus (Luk 9: 23). Kita memilih untuk menderita seturut pola wafat Yesus, yang membawa ke penebusan (Flp 3:10). Sewaktu kita bertumbuh dalam kekudusan , kita tidak hanya menerima derita dalam Yesus tetapi juga kita bersukacita dalam penderitaan itu (Kol 1:24; 1 Ptr 4:13). Kita-kita ini bersukacita menderita bersama Kristus, karena kita mencintai Kristrus dan sangat ingin menyerupai Dia.
Dan lagi, kita bersukacita menderita dalam Kristus, sebab kita mengasihi sesama kita dan sangat menginginkan agar semua orang diselamatkan (1 Tim 2:4). Bila kita mulai menyadari bahwa “penderitaan itu lebih dari yang lain-lain… meratakan jalan bagi rahmat yang merubah jiwa-jiwa manusia” (Yohanes Paulus II, “Makna Kristiani akan Derita Manusia”, 27), kita bersukacita bahwa rahmat Tuhan yang menyelamatkan itu disambut dengan ikut berbagi dalam derita Kristus.
Apakah kita bertekad mempersembahakan diri kita kepada Kristus ? Apakah kita tumbuh berkembang dalam kekudusan dan semakin kudus ? Bagaimana sikap kita terhadap kesengsaraan dalam Kristus ?
Doa : Ya Bapa, utuslah Roh Kudus guna merubah sikapku
terhadap penderitaan.
Janji : “Hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya” — Lukas 10: 42.
Pujian : Terpujilah Yesus, yang memilih meninggalkan kemuliaan surgawi untuk mau menderita di dunia ini untuk keselamatan kami semua.