14 Juli 2019 Minggu Biasa XV
MINGGU (Hijau)
Ulangan 30:10-14
Mazmur 69:14; 17:30-31,33-34361b,37
Kolose 1:15-20
Lukas 10:25-37
(25) Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” (26) Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” (27) Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (28) Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” (29) Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” (30) Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. (31) Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. (32) Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. (33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (34) Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. (35) Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. (36) Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” (37) Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
SIAPAKAH SESAMAKU MANUSIA ?
“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” –
— Lukas 10: 36-37
DALAM INJIL hari ini, Yesus mengajarkan kepada kita tentang cinta kepada sesama.Cinta yang diungkapkan dalam perbuatan yang nyata dan konkrit. Kita bisa berteori tentang kasih, dan ini menarik untuk dibirakan, tetapi itu tidak membangun hidup, tidak memberi inspirasi. Kasih yang sejati menjadikan sesama sebagai saudara kita sendiri, bahkan seperti diri kita sendiri. Tetapi ini tgidak mudah. Mengapa ? Karena kepicikan diri kita, dan lebih-lebih cinta-diri kita, kita membuat batasan dan pagar pemisah antar manusia.
Dengan contoh perumpamaan “Orang Samaria yang baik hati” ajaran Yesus mengenai kasih mendobrak segala garis pemisah. Semua manusia, siapapun dia itu, termasuk musuh kita, adalah sesama saudara. Orang Samaria yang dikisahkan Yesus kitu berbuat melebihi tuntutan hukum, malahan juga melintasi tuntuta hukum kristiani. Dia lebih dari pada sekedar menolong. Bagi dia, si penderita – si korban perampokan itu, bukan lagi orang asing – musuh bangsanya – tetapi menjadi saudaranya. Pada hal dari bangsa Yahudi sendiri, si imam dan lewi – mewakili orang yang berstatus dunia peribadatan – memang mengikuti hukum – yakni tidak boleh menjamah orang mati – .
Tetapi mereka ini mentaati hukum agama sampai pada tingkat buta terhadap keadaan sesama manusia. Peraturan agama dijalankan terlalu seksama, sampai tertutup mata hati mereka akan panggilan Allah yang lebih agung dan mulia, yakni hukum kasih !
Bagi kita, sikap kita sebagai orang kristiani, tidak boleh dinilai menurut ketaatan pada hukum peribadatan saja, tetapi pada lebutuhan sesamakita yang sering tak terduga. Yesus sangat mendesak supaya kita-kita berpikir dan persikap bukan berpangkal pada diri kita sendiri, melaibkan pada orang lain, terlebih orang-orang yang tersingkir dan tidak dapat bersuara. Cinta kristiani lebih daripada tindak perbuatan mengurangi penderitaan sesama, sebab cinta kasih kristiani memiliki mata yang abru: melihat Tuhan dan menemukan Dia dalam diri sesama kita (Mat 25: 40).
Doa : Bapa, jadikanlah hatiku seperti Hati Yesus yang cepat tergerak
dan mengenal kebutuhan dan keperluan orang-orang.
Janji : “Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang
dipercayakan Allah kepadaku” — Kolose 1: 25
Pujian : Para ahli geografis dan sosiologi daerah bentangan Yerusalem
sampai Yerikho dikenal benar oleh Yesus. Apa yang dikisahkan
Yesus berdasar data geografis dan sosiologis saat itu. (Yosef L)