7 Maret 2019 St. Perpetua dan Felisitas, Martir
KAMIS (Ungu)
Ulangan 30:15-20
Mazmur 1:1-2,3,4,6
Lukas 9:22-25
MENGASIHI TUHAN
“Kata-Nya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.’ ”
—-Lukas 9:23
DUA TAHUNAN yang lalu kita dikejutkan dengan dimasukkannya ke dalam rumah tahanan mantan Gubernur DKI Jakarta, yang dikenal dengan sebutan Ahok. Sepak terjangnya untuk memudahkan warga Jakarta menikmati kehidupan yang layak serta upayanya membasmi segala macam pungutan liar demi melancarkan kepentingan masyarakat harus berakhir dalam ‘hotel pro deo’ alias di balik jeruji. Ada yang salah?
Pesan Yesus : “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”(Luk 9:23). Terkesan berat nian mau menjadi pengikut Kristus. Kita diajak Yesus menyangkal diri, membuang segala kepentingan diri, menerima semua perlakuan yang tidak menyenangkan hati dari orang lain. Ditambah lagi : mengasihi dan mendoakan mereka yang telah melukai hati; membantu sesama yang memerlukan pertolongan baik secara ekonomi maupun perhatian; mengunjungi orang sakit. Kita semuadiminta menjalani tugas perutusan sesuai kemampuan yang telah Tuhan berikan.
Ajakan Yesus ini sebenarnya selalu kita amini sebagai bentuk persetujuan dan penerimaan dengan penuh syukur dan sukacita, dalam setiap penutupan perayaan Ekaristi. Pastor mengatakan, “Marilah pergi…Kita diutus”.. Dan dengan segenap hati umat menjawab, “Amin.”
Memang mudah untuk mengatakan Aku mengasihi Tuhan. Tetapi ini perlu dukungan komitmen yang kuat untuk dapat merealisasikannya dalam hidup kita, khususnya terkait dengan ajakan Tuhan Yesus dalam mengikut Dia. Selain itu, doa dan baca firman setiap hari juga sangat diperlukan agar iman percaya kita tidak goyah, tetapi tambah kuat dan tahan banting, apabila kita harus menghadapi peristiwa hidup yang mengecewakan. Hal itu bisa saja datang dari keluarga sendiri, dari masyarakat dan relasi dengan rekan sesama pelayanan. Itulah sebabnya, agar iman kita kepada Tuhan tidak tergerus dan tererosi oleh keadaan lingkungan, maka komunikasi imbal balik dengan Tuhan perlu dilakukan setiap hari, bahkan setiap waktu.
Dengan jalan doa, kita bisa menyampaikan rasa syukur, kekecewaan, kesulitan hidup, dan segala macam permohonan untuk semua yang kita harapkan dari Tuhan. Sebaliknya melalui baca firman setiap hari, kita ditehuhkan untuk selalu setia mengikut Dia dengan melakukan kehendak-Nya. Hati kita akan selalu dipenuhi kasih, damai dan sukacita manakala kita rutin mendengarkan sabda-Nya. Untuk itu sarana untuk mendapatlan Sabda Allah lebih berlimpah. Pemazmur menguatkan kita “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (Mzm 3:1) .
Janji Tuhan untuk keturunan Israel, sebagai berikut : “Karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya” (Ul 30:16). Perintah itu juga berlaku kepada kita , pengikut Yesus. Dan Yesus telah memberi teladan dalam hal mengasihi Allah. Firman Allah tidak akan pernah kembali kepada-Nya dengan sia-sia. Firman-Nya Ya dan Amin tetap ada sampai sekarang karena kuasa Allah tak terbatas. (LP)
Doa: Tuhan Yesus, mudah bagiku mengatakan mau mengikut Engkau, namun nyatanya aku sering sulit menyangkal diri dan memikul salibku. Kasihani aku ya Tuhan, dan berilah aku rahmat untuk mengasihi Engkau lebih dalam lagi. Amin.
Janji: “Karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya.—– Ulangan 30:16
Pujian: Santa Perpetua dan Felisitas, dari Carthago, Afrika Utara (†203).Mereka berdua bersedia menderita bahkan sampai mati diterkam dan dikoyak binatang buas karena mengasihi Yesus. Mereka mempunyai tekad dalam mempertahankan iman, dengan harapan pada suatu saat kelak mereka akan memperoleh kebahagiaan bersama dengan Tuhan.