JUM’AT
(Putih)
21 Agustus
S. Pius X
Yeheskiel 37:1-14
Mazmur 107: 2-9
Matius 22: 34-40
34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka 35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: 36 “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” 37 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
KUASA SABDA
“… dengarkanlah Firman Tuhan” — Yeheskiel 37:4
PERNAH SAYA dengar dan baca ‘dongeng’ terjadinya patung Rorojonggrang, di Candi Prambanan, Yogyakarta,
Dalam tradisi Jawa, ada pepatah “Sabda Pandita Ratu”. Dewi Rarajonggrang putri Raja Baka menolak dipinang oleh Bandung Bandawasa. Ia mau dengan syarat. Rorojonggrang ingkar janji, meski persyaratan telah dipenuhi oleh Bandung Bandawasa. Ia marah dengan mengeluarkan kata sakti yang disebut ‘sepata’. Disabdakan ‘menjadi batu’. Demikianlah sang dewi yang cantik lalu menjadi patung.
Kalau kita membaca Kitab Suci ‘Kitab Kejadian”, Allah hanya bersabda ‘satu kata’, dan ‘jadilah’. “Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang’. Lalu terjadilah terang “ (Kej 1:3), dst dst.
Itulah sebabnya mengapa ‘penerawangan’ Yeheskiel itu menarik. Ini menunjukkan bahwa kuasa mencipta dari Allah tetap bekerja. Yeheskiel menyaksikan sabda itu langsung mewujud (terjadi), yakni ‘tulang-tulang kering berubah menjadi pasukan tentara perang (Yeh 37: 9-10). Dengan menyaksikan ‘panglihatan’ itu, Yeheskiel sadar bahwa sabda Allah itu penuh kuasa. Apa yang disabdakan Allah, terjadi !
Kitapun memiliki kemampuan untuk berkata-kata. Kata-kata kita itu mengungkapkan isi hati kita. Dan apa yang kita ucapkan itu membawa damai – atau sebaliknya – kepada orang-orang sekeliling kita. “Hidup dan mati dikuasai lidah” (Amsal 16:21).
Kata yang kita ucapkan bisa melukai hati tetapi juga bisa menyembuhkan hati yang luka. Begitu penting dan lebih hebatnya lagi, kalau kata-kata kita itu dijiwai oleh Roh Kudus. Tidak hanya kata-kata yang positif yang kita bawakan, tetapi kita bisa membawa orang-orang itu dengan kata-kata kita makin mendekat pada Tuhan .
Tiap hari kita berkata-kata, bercakap dengan orang-orang yang dekat dengan diri kita: suami-istri-anak-anak-pembantu. Bisa saja Tuhan mau menggunakan anda menyampaikan firman-Nya kepada mereka yang dekat dengan anda itu. Bukan kata-kata yang sangat rohani atau yang luhur atau mendalam. Bisa saja hanya kata-kata biasa, kata-kata untuk meneguhkan, untuk menghibur, untuk membesarkan hati.
Apapun yang anda katakan, sejauh itu disemangati oleh Roh Kudus, tentu merubah hidup. (SW)
DOA : Tuhan, buatlah saya semakin sadar akan kata-kata apa yang saya ucapkan . Semoga itu kata-kata peneguhan dan yang memberi hidup.
JANJI: “Kasihilah sesamamu manusia – seperti dirimu sendiri” — Matius 22: 39
PUJIAN: Anggota Komunitas Kasih Yesus, melayani
doa bagi yang bermasalah lewat tilpon (HOT – Line-Doa). Setelah mendengarkan curhat penilpon, petugas lalu mendoakan penilpon (tanpa memberi konseling). Sebelum dan sesudah betugas , petugas berdoa dulu 15 menitan di hadapan Sakramen Mahakudus.