4 Oktober 2019
JUMAT (P)
St. Fransiskus dari Asisi
Barukh 1:15-22;
Mazmur 79:1-2,3-5,8-9
Lukas 10:13-16
(13) Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (14) Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (15) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! (16) Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.”
“Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus di Sidon terjadimukjizat-mukjizat yang telah terjadi ditengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung!” —- Lukas 10:13
PERISTIWA LUAR BIASA yang dialami seseorang, tidak jarang akan dinilai sebagai sebuah mukjizat, misalnya terhindar dari kecelakaan mobil, selamat dari gempa bumi, ataupun terhindar dari peristiwa lain yang mungkin dapat merenggut jiwanya. Berbagai reaksi positif akan dilakukan, seperti heran, takjub, atau mensyukuri atas apa yang dialaminya. Kadang kala peristiwa yang dialaminyaitu, dinilai sebagai jawaban dari Tuhan atas apa yang diharapkan. Seringkali bahkan sebagai ujud syukurnya, ia akan bernazar atau kaul untuk melakukan sesuatu hal. Kaul itu bisa dinyatakan dalam berbagai hal, dari berderma, berdoa khusus, atau bahkan menjanjikan dirinya untuk bertobat dari segala kesalahan dan dosa yang selama ini telah dilakukannya.
Namun ketika hal tersebut dialaminya berulang kali, maka yang awalnya dianggap sebagai mujizat akan dianggap sebagai hal yang biasa-biasa saja. Hal seperti itulah yang terjadi di kota Khorazim dan Betsaida, dua kota selain Kapernaum dimana Yesus membuat beberapa mukjizat dalam perjalanan pengajaran-Nya. Bagi mereka mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus hanya dianggap sebagai perbuatan ajaib semata. Padahal Yesus mengharapkan agar mereka yang tadinya belum mengenal Yesus, atau yang tadinya menolak Yesus, menjadi percaya dan beriman kepada Yesus sehingga merubah cara hidupnya menuju pertobatan. Karena itulah Yesus dengan keras menegur mereka karena tidak ada pertobatan di tiga kota itu seperti yang diinginkan-Nya.
Sikap Yesus sangat tegas. Ia mengecam kota-kota itu. Yesus membandingkan kota Tirus dan Sidon dengan ketiga kota Kapernaum, Khorazim dan Betsaida, seandainya kota Tirus dan Sidan mendapatkan mukjizat dari Yesus, maka mereka sudah lama bertobat dan berkabung. Karena itu Yesus menyatakan bahwa ketiga kota itu akan dimasukkan kedalam dunia orang mati, yaitu tempat beradanya jiwa dan roh orang mati selaras dengan keyakinan orang Yahudi waktu itu.
Pertobatan memerlukan keterbukaan hati dan kesadaran diri. Kita harus mampu merendahkan diri di hadapan-Nya. Pertobatan menjadi isi pewartaan Yesus yang amat penting. Karena itulah Yesus diutus Allah Bapa datang ke dunia ini. Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat, maka bertobatlah dan percayalah kepada Injil (lih. Markus 1:15). (TON)
Doa: Ya Tuhan Yesus, ampunilah segala dosa kami, dan mampukanlah kami untuk selalu hidup dalam situasi pertobatan.
Janji: “Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami, oleh karena nama-Mu! —- Mazmur 79:9
Pujian: Fransiskus (1182-1226), sewaktu muda berdoa di gereja San Damian dan mendengar suara keluar dari Salib Yesus: “Fransiskus, perbaikilah rumahku yang hampir roboh ini!” Awalnya ia kira gedung gereja parokinya, tetapi dalam perkembangan ia sadari yang dimaksudkan Gereja- Umat Allah. Maka di kemudian hari ia membentuk komunitas persaudaraan – dan akhirnya berkembang menjadi Ordo Fransiskan – dengan julukan Ordo Saudara Dina, yang melayani orang miskin dan orang sakit.