KEPUTUSAN TERAKHIR
RP Albertus Herwanta, O. Carm
Hidup ini seperti berpartisipasi dalam lomba atau balapan. Pemenangnya ditentukan di garis atau saat akhir. Mereka yang pada etape awal berada di depan atau menang bisa kalah kalau terlambat mencapai finish atau kalah “score” di bagian penutup.
Apakah penilaian semacam itu tidak adil? Sama sekali adil. Semua orang sepakat dan menerima dengan lega. Tidak perlu diprotes.
Demikian pula kehidupan ini ditentukan pada tahap akhir. Allah menyelamatkan orang jahat yang bertobat di akhir hidupnya dan menghukum orang baik yang berbalik menjadi orang jahat di akhir hidupnya. Ingat murid Sang Guru Kehidupan, Yudas dan penjahat yang disalibkan bersama-Nya? Penjahat yang bertobat langsung bersama Dia di surga. Sedang Yudas celaka di akhir hidupnya.
Baik nabi Yehezkiel maupun Sang Guru Kehidupan menegaskan bahwa yang terpenting adalah relasi manusia dengan Tuhan saat ini. Bukan pada masa yang lalu. Setiap orang bertanggungjawab atas hidupnya di hadapan Allah sekarang. Bukan kelak.
Relasi itu perlu dilengkapi dengan hubungan dengan sesama manusia. Orang yang mencintai Allah mesti juga mencintai sesamanya. Persembahan atau doa kepada Allah tidak sampai kepada-Nya bukan karena beda agama atau iman, tetapi karena orang tidak mengampuni atau tidak berdamai dengan sesamanya.
Pertobatan perlu terus dilakukan saat ini, yakni berdamai dengan Allah dan sesama setiap hari, setiap saat. Karena orang tidak tahu kapan bakal mati dan diadili, alangkah pentingnya hidup berdamai dengan Allah dan sesama saat ini. Siapa tahu pikiran, perkataan dan tindakan saat ini ternyata keputusan terakhir?
Shek O HK, 26 Februari 2021