KUASA ALLAH
Oleh Romo Albertus Herwanta, O. Carm
Situasi sulit bisa menghasilkan dua respon. Pertama, sikap menyerah pada keadaan karena orang hanya mengandalkan daya manusia belaka. Kedua, perilaku teguh dan tabah karena orang percaya dan berharap pada Allah.
Para rasul yang menyebarkan imannya akan Sang Guru Kehidupan mengalaminya. Dibenci, ditolak, ditangkap dan dipenjarakan. Mereka juga diajukan ke depan mahkamah agama Yahudi (Kis 5: 34). Bahkan diancam akan dibunuh. Kendati demikian, mereka tetap berani karena yakin bahwa Allah menyertai mereka. Lebih dari itu, mereka bergembira karena dianggap layak menderita penghinaan demi Dia (Yoh 5: 41).
Para utusan Allah seperti para nabi dikaruniai rahmat dan keberanian untuk menjalankan tugasnya. Kuasa istimewa menyertai mereka. Itulah yang ditemukan juga dalam diri Sang Guru Kehidupan.
Pengajaran-Nya lebih dari kata-kata dan jauh dari mencari sensasi. Dalam kehadiran, ajaran dan tindakan-Nya kerinduan terdalam manusia terpenuhi. Baik kebutuhan jasmani maupun rohani keduanya diperhatikan.
Tatkala orang banyak berbondong-bondong mengikuti-Nya, Dia mengajar mereka dan memberi makan. Melihat orang banyak itu, berkatalah Dia kepada Filipus, salah satu murid-Nya, “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” (Yoh 6: 5). Pertanyaan itu mengejutkan Filipus yang berpikir tentang berapa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Itu bukan pertanyaan ekonomi atau sosial, melainkan tentang iman. Walau di situ hanya tersedia lima roti jelai dan dua ikan, banyak orang bisa dibuatnya kenyang. Dalam iman akan Tuhan dapat diatasi situasi berkekurangan.
Baik situasi para rasul maupun Sang Guru Kehidupan menunjukkan hal yang menurut ukuran manusia serba terbatas. Namun para rasul mampu mengatasi tantangan yang dihadapi. Sang Guru Kehidupan memenuhi kerinduan manusia di tengah keadaan yang terbatas. Keduanya terjadi berkat rahmat ilahi. Hal-hal serupa dialami oleh orang-orang yang dalam hidupnya menyerahkan diri ke dalam kuasa Allah.
Jumat, 16 April 2021