NILAI SEORANG HAMBA
Oleh Romo Albertus Herwanta, O. Carm
Amat sedikit orang yang dengan sukarela mau menjadi hamba. Di samping berkonotasi kurang terhormat, posisi hamba merampas hak seseorang, terutama kebebasannya.
Sejarah umat manusia mencatat nilai dan posisi dari hamba. Pada masa perbudakan, banyak orang diperjualbelikan. Manusia tidak berharga, karena dianggap seperti barang atau harta milik yang diperlakukan secara senena-mena. Dalam arti tertentu hal itu masih ditemui di zaman ini.
Karena hal-hal negatif yang menempel pada diri hamba, banyak orang menghindarinya. Menjadi hamba memang bukan cita-cita yang layak masuk dalam benak.
Kalau demikian, mengapa Sang Guru Kehidupan mengajarkan dan melakukan tindakan seorang hamba, yakni membasuh kaki para murid-Nya (Yoh 13: 16-20)? Bahkan Dia menempatkan Diri-Nya sebagai seorang hamba yang menerima penghinaan sedemikian rupa hingga mati di kayu salib.
Kendati ajaran dan teladan itu amat jelas, hanya sedikit yang mau memahami; apalagi melaksanakannya. Penyebab utamanya, karena itu bertentangan dengan kodrat dan naluri manusia. Bukankah orang tidak hanya ingin merdeka, tetapi juga menjadi tuan atas dirinya? Kebebasan yang kini selalu dituntut orang membuat lebih sulit memahami ajaran Sang Guru.
Namun demikian ajaran itu terus menerus disampaikan. “Aku Berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya; atau seorang utusan daripada dia yang mengutusnya” (Yoh 13: 16). Mereka yang percaya kepada-Nya dan mengikuti-Nya tidak punya pilihan selain jalan yang telah ditempuh-Nya.
Mereka yang enggan menempuhnya perlu menyadari sabda-Nya ini, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku” (Yoh 13: 20). Ternyata, mereka yang mau menjadi hamba dan utusan seperti Sang Guru mendapat tingkatan hidup yang tinggi; bahkan sangat tinggi.
Yang menerima utusan-Nya menerima Dia yang mengutus-Nya. Dengan kata lain, menjadi hamba dan utusan-Nya adalah jalan kemuliaan. Mereka yang bersedia menempuh jalan itu akan diangkat ke tempat yang amat tinggi seperti Diri-Nya. Benar, tidak ada jalan lain untuk mencapai tempat tertinggi selain menjadi orang hamba yang merendahkan diri. Di sini orang menemukan berapa sejatinya nilai hamba.
Kamis, 29 April 2021