NAVIGASI HIDUP

January 16, 2021

RP Albertus Herwanta, O. Carm

Romo Albert Herwanta

Hidup ini suatu perjalanan. Untuk mencapai tujuannya diperlukan alat navigasi. Tersedia pelbagai alat navigasi yang mengarahkan dan membimbing perjalanan manusia menuju tujuan hidupnya.

Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) termasuk alat navigasi itu. Ilmu pengetahuan seperti filsafat membantu manusia menjawab pertanyaan tentang alasan dan tujuan hidup manusia. Iptek juga membantu mengatasi masalah. Vaksin, misalnya, mencegah Covid-19 menyerang. Kendati amat bermanfaat dan layak disyukuri, iptek itu terbatas. Mereka mengandalkan data, penelitian dan hasil kerja logika pikiran manusia yang terbatas. Hasil akhirnya pun demikian.

Syukurlah, bahwa ada kebijaksanaan yang melengkapi Iptek. Kebijaksanaan melampaui Iptek, karena bertumpu pada pengalaman, bersifat fleksibel, situasional dan cerdas (lebih dari pandai). Orang bijaksana tak mengandalkan ilmu pengetahuan dan “skill” atau keterampilan teknis belaka. Mereka mengandalkan empati: intuisi, “insight”, inspirasi dan “interconnectedness” atau keterhubungan.

Dengan intuisi kaum bijaksana memahami tanpa lewat medium berpikir; tapi langsung ke objek pengetahuannya. Insight membantu memahami secara akurat. Inspirasi mendorong orang melakukan sesuatu. Sedang “interconnectedness” menunjukkan bahwa segala sesuatu saling terhubung satu dengan yang lain. Yang terakhir ini sering lepas dari pengamatan dan kinerja Iptek yang bekerja dari satu atau beberapa sudut pandang saja.

Sumber dari keempatnya  bukan pikiran manusia, tapi Allah sendiri yang berfirman kepada manusia. “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungjawaban” (Ibr 4: 12-13).

Kebijaksanaan itu adalah Allah sendiri. Orang yang setia mendengarkan Dia dikaruniai kebijaksanaan. Mereka sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati. Melampaui para ahli ilmu pengetahuan dan teknologi. Kaum bijaksana mampu melihat bahwa segala sesuatu itu telanjang dan terbuka di depan matanya.

Apabila mereka menjadi pemimpin, pikiran dan langkah kerjanya mengejutkan orang yang berpikir dan bertindak hanya berdasar teori. Terobosan-terobosannya tidak terduga. Lawan-lawannya, terutama di bidang politik, dibuatnya tidak berkutik.

Orang modern banyak  mengandalkan Iptek. Keduanya amat membantu, tetapi tak jarang gagal memberikan solusi. Ketika manusia juga membiarkan diri dibimbing oleh Firman Allah, Sang Kebijaksanaan, niscaya mereka merasakan navigasi hidup yang secara aman dan meyakinkan mengantar menuju tujuan hidupnya.

Shek O HK, 16 Januari 2021