Dari Misa HOSD: Pengalaman Sakit Menyadarkan Ketergantungan Kita pada Tuhan

February 14, 2021
Romo Laurentius Tueng, OFM saat Misa HOSD

Pengalaman sakit membuat kita menyadari kerentanan diri dan sebagai makhluk yang bergantung pada Tuhan. Yesus tidak akan meninggalkan kita, sebab Dia adalah Tuhan yang tergerak oleh belas kasih. Datanglah kepada Yesus.

Hal tersebut dikatakan Romo Laurentius Tueng, OFM dalam khotbahnya pada Misa Hari Orang Sakit Sedunia yang diselengarakan oleh BPK PKK KAJ pada 14 Februari 2021. Misa ini disiarkan  secara langsung melalui youtube.

Dalam Misa yang mengusung tema Bersama Bunda Maria Berbelarasa dan Adil terhadap yang Miskin, Sakit dan Menderita tersebut, Romo Laurens mengajukan sejumlah pertanyaan reflektif misalnya “Apakah saya lihat hidup sebagai beban atau berkat?” Dia lalu mengingatkan bahwa di antara segala peristiwa yang berat, manusia pasti mengalami kasih Tuhan.

Dia pun menjelaskan iman dari orang kusta yang Tuhan Yesus sembuhkan. “Iman orang kusta itu sangat besar. Harapannya hanya satu, yakni Yesus. ‘Itu pun kalau Yesus mau katanya’. Dan Yesus mengulurkan tangan menyembuhkan karena tergerak oleh belas kasihan. Setelah Yesus menyentuh, orang itu sembuh,” jelasnya.

Romo Lauren menambahkan, “Sebesar apa pun masalah kita pasti ada jalan keluar, karena Yesus adalah Tuhan. Kita serahkan yang kita alami ke dalam kebijaksanaan ilahi. Kita diundang kerja keras sebisa mungkin sambil yakin bahwa kuasa Allah luar biasa. Kunci agar mengalami kesembuhan: milikilah iman. Percaya kepada Tuhan. Mari belajar dari orang kusta: datang dan bertemu Tuhan,” ajaknya.

Dan hal yang bisa dipelajari dari Yesus adalah kerelaan atau keutamaan membangun relasi dengan orang sakit agar mereka menemukan kekuatan mereka di dalam Kristus.

Paus Fransiskus jelas Romo Laurentius, mengajak setiap orang beriman untuk memberikan perhatian, kepedulian dan perawatan kepada orang sakit. Ini dilakukan oleh BPK PKK KAJ yang memberikan pertolongan kepada orang-orang sakit.

Yang dilakukan Gereja melalui BPK PKK KAJ tambah Romo Laurens menunjukkan, “Tangan kita mengangkat, meneguhkan, menyelamatkan, bukan menghakimi. Kehadiran kita harus menjadi Injil atau kabar gembira bagi sesama,” pungkasnya. (EDL)