Mgr Antonius dalam Pembukaan Konvenda BPPG XI: Bawalah Aliran Rahmat Ke Luar Gereja
SHALOMJKT.COM (30/10) – Konvensi Daerah (Konvenda) XI BPPG Jakarta telah dibuka kemarin (29/10) dengan Misa yang dipimpin oleh Uskup Bandung Mgr. Antonius Subianto Bunyamin, OSC. Misa pembukaan yang disiarkan melalui zoom ini diikuti lebih dari 500 orang.
Uskup AntonDalam khotbahnya Uskup Anton mengajak keluarga besar karismatik, khususnya yang di wilayah BPPG Jakarta (Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bandung dan Keuskupan Bogor) untuk merefleksikan keberadaan sebagai orang Karismatik : sejauh mana telah menjadi rahmat dan aliran rahmat bagi Gereja dan sesama.
Menurut Uskup Anton, keluarga Karismatik harus bersyukur mendapatkan aliran rahmat dari Tuhan sendiri dalam berbagai bentuk, dan selanjutnya harus pula rela membagikan atau mengalirkan rahmat itu kepada sesama, kapan dan di mana pun. “Bawalah aliran rahmat itu ke luar gereja,” ajak Sekjen KWI ini.
Mgr. Anton menjelaskan bahwa dunia saat ini, terutama oleh karena virus korona dan berbagai persoalan lain, sangat membutuhkan uluran tangan penuh rahmat dalam berbagai bentuk.
Keutamaan Orang Berkarisma
Dalam sesi pengajaran pada 29/10 sore, Uskup Purwokerto Mgr. Christoforus Tri Harsono juga mengingatkan keutamaan-keutamaan yang harus dimiliki oleh seseorang yang menyebut diri Karismatik.
Seorang yang berkarisma kata Uskup harus memiliki sikap rendah hati atau malah merasa dirinya tidak penting atau tidak istimewa. “Kalaulah ada yang istimewa pada diri orang Karismatik, biarlah orang lain yang melihat dan mengatakannya,” katanya dengan tegas.
Seorang yang berkarisma lanjutnya, tidak egoistis, justru membiarkan orang lain maju dan berkembang, juga mampu meyakinkan orang lain tentang makna yang ia perjuangkan melalui hidupnya. “Kata-katanya membantu orang menjadi lebih baik, lebih mencintai Tuhan, dan penuh inspirasi”.
Lebih lanjut kata uskup yang humoris ini, seorang yang berkarisma tidak gemar berbagi gosip atau hal-hal yang buruk atau negatif tentang orang lain. Orang berkarisma juga siap mengakui kesalahan dan kegagalan. “Siapa pun yang sudah mulai menggurui orang lain dan menyebut orang lain bodoh, orang itulah yang bodoh. Orang Karismatik tidak membuka kemungkinan untuk menertawakan orang lain,” tambahnya lagi.
“Kalau orang Karismatik memperhatikan dan melakukan hal-hal tadi, maka akan semakin banyak orang yang berkarisma juga. Mau nggak kita membuka hati untuk itu semua?” tanyanya retoris. (SJ/01)