Menjauhnya Sang Kebijaksanaan
Sepertinya halnya kehidupan ini adalah pemberian yang mesti dijaga, demikian juga kebijaksanaan. Ketika diabaikan pemberian itu akan pudar kekuatan dan pengaruhnya.
Pada masa awal pemerintahannya, tatkala masih muda, Salomo memohon hikmat kebijaksanaan kepada Tuhan. Doanya dikabulkan, sehingga hidup dan pemerintahannya dipenuhi dengan kebijaksanaan.
Seiring berjalannya waktu, ketika bertambah tua Salomo makin lemah dan tak lagi berpegang pada Tuhan dan kebijaksanaan-Nya. Salomo menikahi banyak perempuan asing yang menyembah berhala.
Karena lebih mendengarkan para isteri dan gundiknya, Salomo melupakan Tuhan. Imannya tak lagi fokus dan lurus pada Tuhan, tetapi terpecah-pecah pada kepercayaan para perempuan di sekitarnya.
Kebijaksanaan yang dimiliki terlindas oleh kepentingan ekonomi dan politik. Sebagai akibatnya kerajaannya terpecah.
Tuhan berfirman kepada Salomo, “Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu. Satu suku akan Kuberikan kepada anakmu oleh karena hamba-Ku Daud dan oleh karena Yerusalem yang telah Kupilih” (1 Raj 11: 11.13).
Terlepas dari kebijaksanaan orang cenderung mengandalkan pertimbangan rasional. Ada bahaya rasionalisasi menciptakan alasan-alasan palsu untuk membenarkan perilaku. Kebenaran, integritas dan kasih yang tulus murni tidak mendapat tempat lagi.
Dalam situasi demikian, orang perlu berdoa dan memohon agar Tuhan tidak membiarkan kebijaksanaan menjauh dari hidup ini.
Kamis, 10 Februari 2022
Pw St. Skolastika
RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.