Mendengar Suara Hati
SABTU 31 Juli 2021 PEKAN BIASA XVII. Pw. St. Ignatius dr Loyola (P).Im.25:1.8-17; Mzm. 67:2-3.5.7-8; Mat. 14:1-12.
Injil Matius 14:9, menulis. “Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya.”
Herodes adalah seorang pribadi yang lemah. Dia takut. Pada titik puncak nafsu badaniah dan kenikmatannya, dia menjadi tidak bijak. Ia menjanjikan kepada anak tirinya (anak perempuan dari Herodias), Salome, apa saja yang ia minta, dan hal ini ditegaskan dengan sumpahnya dan disaksikan oleh semua tamu undangan yang hadir. Hal inilah yang menjadi pemicu peristiwa pemenggalan kepala Yohanes Pembaptis.
Yohanes Pembaptis berdiri tegak membela apa yang dipercayainya tanpa mempedulikan segala konsekuensinya. Herodes Antipas adalah bagaikan buluh yang digoyang ke kanan dan ke kiri oleh tiupan angin duniawi.
Herodes membunuh Yohanes Pembaptis karena ketidak benaran. Herodes tidak mendengar suara hatinya dengan baik, dia lebih mendengar kata anak dan istrinya. “Herodes” dalam diri kita mungkin tidak pernah membunuh secara fisik tetapi dengan kata-kata, sikap dan perbuatan kita, kita telah membunuh karakter sesama kita. Lebih menyakitkan daripada sebilah pisau tajam yang mematikan dalam sekejab tanpa sakit yang berkepanjangan.
Kata-kata kasar dan menyakitkan, sikap yang arogan, dan perbuatan yang melukai seringkali menjadi hal yang memasung, membelenggu dan memenjarakan hidup seseorang, membuatnya tidak bertumbuh menjadi pribadi yang baik. Jika demikian adanya, apakah “herodes” dalam diri kita tidak lebih kejam dari Herodes yang membunuh Yohanes Pembaptis?
Injil hari ini mengajak kita untuk menjadi pribadi yang hening dalam mendengar suara hati, agar apapun sikap, kata dan perbuatan kita tidak bertentangan dengan cinta kasih.
Dunia senantiasa berupaya untuk menggoncang para murid Kristus ke sana ke mari. Hidup seturut moral Kristiani yang sejati sungguh menjadi sangat tidak populer. Sebaliknyalah moralitas kenyamanan serta kenikmatan yang baru. Hanya yang kuatlah yang akan bertahan hidup seturut ajaran-ajaran Kristus. Namun kita tidak boleh berputus asa. Walaupun kita menyadari bahwa kita sebenarnya manusia lemah, kita dapat menjadi kuat dengan kekuatan Kristus dan kuat-kuasa Roh Kudus.
Marilah Berdoa: “Ya Tuhan Allah, tolonglah kami agar mau dan mampu mendengarkan suara hati dengan penuh perhatian pesan-pesan dari para nabi-Mu pada zaman modern ini juga. Janganlah biarkan kami diombang-ambing oleh berbagai godaan dunia ini. Amin.”
Met Akhir Pekan