Loh…! Kok Nulis tentang Pahlawan?
Hari gini kok menulis tentang hari pahlawan. Bukannya hari pahlawan itu tanggal 10 November? Benar. Tetapi kemerdekaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari para pahlawan. Bukankah pada waktu upacara kemerdekaan saat yang paling khusuk dan khidmat adalah mengheningkan cipta untuk mengenang dan mendoakan para pahlawan?
Lalu, apa hubungan pahlawan dengan sabda Tuhan hari ini yang diambil dari Matius 23:1-12? Di sana Sang Guru Kehidupan berbicara supaya para murid-Nya mendengarkan ahli Taurat dan kaum Farisi, tetapi tidak perlu mencontoh perilaku mereka (Mat 23: 2-7).
Sang Guru mengajarkan jalan untuk menjadi pahlawan yang sejati, “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mat 23: 11). Para pahlawan itu tidak hanya melayani, tetapi berjuang sampai mati hingga bangsanya merdeka. Bukankah Sang Guru juga berjuang sampai mati demi membebaskan umat manusia dari dosa dan kematian?
Lebih dalam lagi, Sang Guru bersabda, “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Mat 23: 12). Tidak ada jalan yang lebih dahsyat dalam merendahkan diri daripada menghayatinya sampai mati. Mereka yang berjuang demi kebaikan dan kebenaran sampai mati telah menempuh jalan merendahkan diri dan melayani secara sejati.
Indonesia yang sudah merdeka masih membutuhkan para pejuang kemerdekaan yang rela menempuh jalan direndahkan dalam melayani. Risiko orang demikian adalah dihina, difitnah dan dicaci maki. Di tengah mentalitas mencari popularitas dan dipuja-puja, jalan itu sungguh terjal dan penuh derita. Membuat wajah renta lebih cepat dari waktunya.
Hanya lewat semangat para pemimpin yang rela melayani dan direndahkan, Indonesia akan mencapai kejayaan. Yang sebaliknya sudah terbukti. Pemimpin yang koruptif dan hanya mementingkan diri membiarkan rakyat bodoh, miskin dan menderita setengah mati. Sebaliknya, pemimpin yang direndahkan dan bersabar waktu dicaci maki sudah memberikan bukti kontribusi dan kemajuan yang amat berarti.
Siapa akan mengangkat pemimpin koruptif yang sudah mati menjadi pahlawan? Siapa yang akan mengakui pemimpin yang berjuang demi melayani rakyat secara tulus? Kalau para bintang olah raga di olimpiade boleh diangkat sebagai pahlawan olah raga, mengapa pemimpin yang siap menderita demi rakyatnya tidak boleh diakui sebagai pahlawan juga? Bukankah para guru juga dijuluki pahlawan?
Merayakan hari pahlawan tidak perlu menunggu tanggal 10 November. Ketika orang merasakan perjuangan orang-orang yang melayani rakyat, sssungguhnya orang sedang merayakan hari pahlawan yang paling hidup dan nyata.
Sabtu, 21 Agustus 2021
RP Albertus Herwanta, O. Carm.