LAMPU KEBIJAKSANAAN
RP Albertus Herwanta, O. Carm
Betapa sulit hidup tanpa lampu penerangan. Waktu mengendarai mobil, terutama di waktu malam, orang amat membutuhkan lampu. Pertama, untuk menerangi jalan yang dilewati. Kedua, untuk menghindari tabrakan dengan kendaraan lain atau menabrak orang.
Perjalanan hidup manusia pun amat membutuhkan pelita. Cahayanya tidak bisa dibuat oleh manusia. Tuhanlah yang menyediakan pelita yang menerangi hati dan hidup manusia. “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm 119: 105).
Firman Tuhan adalah pelita yang mesti diletakkan di atas kaki dian. Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah tempat tidur (Mrk 4: 21). Lampu menyala mesti diletakkan di tempat yang tinggi dan terbuka agar terangnya bermanfaat untuk banyak orang.
Orang yang rajin mendengarkan Firman Tuhan dan tekun melaksanakannya, niscaya hidupnya senantiasa diterangi. Terang itu tampak dalam kebijaksanaan yang memancar dari Tuhan sendiri.
Ada banyak cara untuk membuat Firman Tuhan itu menjadi cahaya yang menerangi. Bisa dengan membuat refleksi iman seperti teologi, bisa pula dengan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Santo Thomas Aquinas menulis banyak refleksi teologis tentang Firman Tuhan. Memang, teologi yang benar dan sejati mesti mengalir dari Sabda Tuhan dan berujung pada doa yang rendah hati dan penuh iman. Hasil pemikiran teologisnya menerangi hidup banyak orang hingga kini.
Kemampuannya yang amat tinggi dalam berteologi itu merupakan anugerah Tuhan. Karena itu, hanya sedikit yang mencapai teologi tingkat tinggi seperti Santo Thomas Aquinas.
Namun tidak berarti bahwa orang-orang awam (biasa) tidak bisa berteologi. Mereka yang mencoba menghayati iman secara tekun dan setia dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya berteologi lewat hal-hal praktis. Hidup mereka itu dituntun dan diterangi oleh lampu kebijaksanaan dari Tuhan.
Shek O HK, 28 Januari 2021
Peringatan Santo Thomas Aquinas