KUNCI KESEJAHTERAAN
Mengapa negara-negara yang sumber alamnya terbatas bisa sejahtera, sementara yang kekayaan alamnya berlimpah rakyatnya tetap miskin dan susah? Tidak mudah menjawabnya. Namun bisa dilacak faktanya.
Hampir semua negara bekas jajahan Inggris sejahtera, karena penjajah mewariskan sistem hukum yang bermutu dan kuat. Setelah merdeka, pemerintah beroperasi menurut hukum bermutu yang sungguh ditegakkan.
Hukum itulah yang ditemukan dalam kehidupan bangsa Israel. “Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu” (Ul 4: 1). Hukum itu jalan untuk mencapai tujuan hidup.
Santo Yakobus menegaskan supaya orang menjadi pelaksana sabda dan bukan hanya pendengar yang menipu diri (Yak 1: 22). Konteksnya, agama yang berperan sebagai semacam aturan bagi tingkah laku manusia. Agama yang benar membentuk sikap taat hukum yang menciptakan dan menjamin keadilan.
Sang Guru Kehidupan mengkritik sikap kaum Farisi dan ahli Taurat yang terlalu menekankan ketaatan terhadap aturan lahiriah, tetapi mengabaikan inti dan peran utamanya. Mereka secara ketat menuruti tradisi dan adat-istiadat, tetapi mengabaikan hukum Allah. Lebih repot dan “rèbyèk” dengan yang masuk perut (haram-halal) daripada kejahatan yang keluar dari hati manusia (kebencian, iri hati, hawa nafsu, percabulan, pencurian, kesombongan, kebebalan, dan lain-lain).
Menaati hukum hanya sebagai formalitas tidak membangun hidup berkualitas. Kondisi sosial juga tetap buruk ketika hukum yang dirumuskan cacat (tidak jelas, kurang bermanfaat dan tidak menjamin kepastian). Produk hukum yang diskriminatif menjadi sumber utama ketidakadilan. Hasil akhirnya, ketegangan dan perpecahan. Bukan kesejahteraan.
Negara dan bangsa bisa saja kaya, tetapi tanpa hukum berkualitas dan ketaatan kepadanya, hidup warganya jauh dari sejahtera. Hukum membuat negara yang terbatas sumber alamnya bisa sejahtera. Hukum itu salah satu kunci kesejahteraan.
Minggu, 29 Agustus 2021
RP Albertus Herwanta, O. Carm.