KETULUSAN HATI

March 19, 2021

JUMAT 19-03-2021. Pekan Prapaskah IV Hari Raya St. Yusuf Suami Maria
Bacaan : 2Sam. 7:4-5a.12-14a.16; Mzm.89:2-3.4-5.27.29; Rm. 4:13.16-18.22; Matius. 1:16.18-21.24a.

Injil Matius 1:19, menulis. “Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum”

Menghayati dan mewartakan Sabda Allah kiranya sungguh mendesak dan sangat relevan dimasa kini. Mengingat kebohongan dan pencemaran nama baik masih marak terjadi di mana-mana dalam kehidupan bersama. Memiliki ketulusan hati berarti orang tersebut saleh bahkan suci, hatinya bersih dan tidak ada maksud jahat di balik semua keputusan-keputusannya, maka rasanya hal itu sungguh berat bagi kita semua untuk mewujudkannya dan mungkin dapat dihitung dengan jari siapa dari kita yang sungguh tulus hati. Namun demikian marilah kita saling membantu dan mengingatkan untuk hidup dan bertindak dengan tulus hati dimanapun dan kapanpun. Lalu tulus hati juga berarti jujur, yaitu “sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran”

Salah satu bentuk konkret ketulusan hati adalah tidak mau mencemarkan nama baik orang lain di muka umum kapan saja dan dimana saja. Banyak di antara kita suka ngrasani atau ngrumpi bahkan bergosip; pada umumnya obrolannya itu berisi menjelek-jelekan orang lain atau membicarakan kekekurangan dan kelemahan orang lain, dan dengan demikian kekurangan atau kelemahan orang yang bersangkutan tersebar kemana-mana. Membicarakan kekurangan atau kelemahan orang lain untuk bersendau-gurau atau pemuas nafsu pribadi hemat saya melanggar hak asasi manusia, dan atau melanggar perintah cintakasih. Mungkin kita bertanya-tanya siapa yang suka ngrumpi/bergosip atau ngrasani, laki-laki atau perempuan? – Kata orang: kaum laki-laki pada umumnya lebih jarang ngrumpi atau ngrasani, namun ketika ngrasani begitu keras sehingga banyak orang mendengar, sedangkan rekan perempuan pada umum ngrasani dengan pelan, telaten serta sering dengan mudah ngrumpi atau ngrasani, dengan kata lain laki-laki dan perempuan ya sama saja.

Ketulusan hati Yusuf dihayati dengan tidak bersetubuh dengan Maria, karena Maria sudah mengandung dari Roh Kudus. Tetapi lebih dari itu, Yusup, sebagaimana kita ketahui bahwa dia setelah menerima penjelasan dari Tuhan dengan perantaraan malaikat dalam mimpi kemudian dia memutuskan untuk mengambil Maria sebagai istrinya. Dari sini kita diingatkan akan Maria sendiri, yang setelah dijelaskan oleh malaikat Gabriel akhirnya dia mengatakan “ya” untuk menjadi Bunda Yesus Sang Juruselamat, dengan mengatakan “aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Sehingga baik Maria maupun Yusuf, sebenarnya mereka berdua adalah orang-orang yang taat pada keinginan Tuhan. Mereka ingin melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan dengan mau menanggung segala resiko yang akan menimpa diri mereka berdua. Jadi, kesimpulannya adalah Yusuf itu memang orang yang tulus hati, bijaksana, dan mendasarkan keputusannya bukan atas dasar kemauannya sendiri melainkan atas dasar keinginan yang ilahi. Semoga kita pun mau mencontoh teladan hidup Yusuf maupun Bunda Maria.

DOA : Ya Tuhan, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu…arahkanlah kehendakku seperti yang Engkau kehendaki. Terpujilah Engkau, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Met Hari Jumat