KENAL
Romo Albertus Herwanta, O. Carm
Berapa orang menyadari bahwa roda kehidupan ini digerakkan oleh “kenal”? Tanpa kenal hidup ini berakhir. Apa maksudnya?
Yang sedang membaca renungan ini adalah buah dari kenal. Kalau pria tidak mengenal wanita, bagaimana mereka bisa menikah. Tanpa perkawinan, mungkinkah umat manusia tetap eksis?
Eksistensi manusia itu juga ditentukan oleh proses kenal yang lebih tinggi daripada kenalan di atas. Manusia tidak hanya mengenal sesamanya dan kemudian sebagian pada menikah dan melahirkan anak, tetapi juga oleh mengenal Allah; atau lebih tepatnya dikenal oleh Allah.
Ternyata, pengenalan akan Allah itu berbuah sangat membahagiakan bagi manusia. “Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus. Sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan, seperti air laut yang menutupi dasarnya” (Yes.11: 9).
Benar, hidup ini membahagiakan tatkala tanpa kejahatan: bersih dari perampok uang negara, angka korupsinya zero, politik berkedok agama juga tiada. Bebas dari kebencian dan permusuhan. Kapan itu terjadi?
Jawabannya, tatkala orang mengenal Tuhan. Pengenalan akan Tuhan bukan semata-mata usaha indera dan akal budi manusia. Itu mulai dari Allah yang memperkenalkan Diri-Nya kepada manusia yang terbuka kepada-Nya, menerima, percaya dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Sang Guru Kehidupan berseru dalam Roh, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan di hati-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tiada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang oleh Anak diberi anugerah mengenal Bapa” (Luk.10: 21-22).
Pengenalan akan Allah itu lahir dari mendengarkan Allah dan kehendak-Nya. Menjadi lengkap tatkala orang melakukan yang didengarkannya dari Allah. Itu membutuhkan pikiran jernih dan hati bersih yang dijiwai dengan semua yang benar, suci, adil dan sifat Allah lainnya.
Agama yang mengajarkan iman akan Allah bisa menjadi sarana dan wahana yang tepat untuk itu. Catatannya, agama itu sendiri mesti bersih dari segala kepentingan yang membuatnya buruk, kotor, diskriminatif, dan yang menjauhkannya dari Allah. Banyak agama yang perlu diperbarui supaya mereka sungguh mengenal Allah, sehingga dapat menuntun manusia untuk kenal akan Allah.
Malang, 1 Desember 2020