Kebaikan itu Bisa Hinggap dan Terbang ke Mana Saja
Oleh Romo Albertus Herwanta, O. Carm, dari Hongkong
Secara kodrati manusia itu dipanggil untuk melakukan yang baik. Mewujudkan panggilan itu penuh tantangan. Selalu ada musuh yang berupaya menghalangi; bahkan ingin menghancurkannya. Semakin besar usaha untuk berbuat baik, semakin besar dan banyak tantangan yang menghadang.
Nabi Yeremia yang diutus Tuhan untuk mengingatkan umat Israel atas perbuatan mereka yang buruk mengalami itu. Dia menghadapi persekongkolan jahat yang hendak membinasakannya. Karena itu, dia berdoa kepada Tuhan, “Perhatikanlah aku, ya Tuhan, dan dengarkanlah suara pengaduanku! Akan dibalaskah kebaikan dengan kejahatan? Mereka telah menggali pelubang untuk aku! Ingatlah bahwa aku telah berdiri di hadapan-Mu, dan telah berbicara membela mereka, supaya amarah-Mu disurutkan dari mereka” (Yer 18: 19-20).
Sang Guru Kehidupan yang diutus untuk menyelamatkan umat manusia menghadapi tantangan serupa. Hal itu dikatakan kepada murid-murid-Nya. “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, tetapi pada hari ketiga Ia akan dibangkitkanā€¯ (Mat 20: 18-19).
Namun para murid itu tidak mengerti yang dikatakan-Nya. Mereka malah berselisih di antara mereka tentang kedudukan atau posisi terpenting bagi diri mereka sendiri. Mereka menyangka bahwa jabatan itu untuk diri sendiri; bukan pengorbanan atau pelayanan bagi yang lain.
Perebutan kekuasaan itu jamak terjadi, karena orang yang mendudukinya bisa menikmati kemewahan atau hidup enak bagi dirinya. Masuk akal bahwa ada orang yang merebutnya secara kotor dan busuk; tanpa memperhatikan etika. “Pokoknya berkuasa,” demikian kira-kira.
Sang Guru Kehidupan mengajar agar para murid-Nya tidak berlaku demikian. Sebaliknya, mereka yang ingin menjadi terkemuka atau terbesar mesti menjadi hamba dari yang lain (Mat 20: 26-28). Itulah sejatinya panggilan manusia.
Mempraktikkan ini tentu penuh tantangan dan kesulitan. Hanya orang-orang yang sungguh terpilih dan diberkati Tuhan dapat melaksanakan. Mereka itu mengutamakan yang dilayani, bukan dirinya. Karena itu, layak disebut pelayan kebaikan.
Rabu, 3 Maret 2021