INTEGRITAS MANUSIA
Komputer atau gadget yang banyak digunakan terdiri dari komponen-komponen. Masing-masing komponen itu mesti berfungsi baik (tidak rusak) dan sekaligus terkoneksi dengan komponen lain. Dengan itu komputer bisa berfungsi.
Mati satu saja salah satu komponennya, seluruh sistem akan terganggu. Bahkan tidak berfungsi sama sekali. Mati.
Demikian pula pribadi manusia terdiri dari banyak unsur. Misalnya, unsur rohani dan jasmani; pikiran, kehendak dan tindakan. Semua bagian itu mesti menyatu dan terkoneksi secara utuh supaya orang bisa hidup wajar; normal dan seimbang.
Sang Sabda Kehidupan datang untuk memulihkan keutuhan diri manusia. Salah satu yang merusak keutuhan pribadi manusia adalah setan, si pemecah belah. Maka setan harus diusir dari dalam diri manusia sehingga orang dipulihkan keutuhannya.
Tuduhan dari ahli Taurat bahwa Dia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan (Mark 3: 22) amat mengada-ada. Bagaimana iblis bisa melawan dirinya sendiri? Bagaimana mungkin memulihkan dengan menggunakan setan yang menghancurkan?
Karena itu, Dia mengatakan, “Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak akan bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak akan bertahan” (Mrk 3: 24-25).
Sabda Sang Guru itu berlaku juga untuk pribadi manusia. Seorang yang tak berintegritas (terpecah dalam dirinya) akan mudah dihancurkan. Untuk mampu melawan setan dan pelbagai godaan, sisi rohani dan jasmani manusia mesti menjadi satu kesatuan; “integrated.” Pikiran, kehendak dan tindakan perlu utuh menyatu; menaati kehendak Tuhan.
Sang Guru Kehidupanlah yang mampu memulihkan integritas manusia dengan cara berpegang pada kehendak Allah Bapa. Lewat cara itu Dia menyatu (terintegrasi) dengan Allah Bapa di surga. Karena integritas-Nya, Dia telah membinasakan maut dan memulihkan kehidupan dan intergritas diri manusia.
Senin, 24 Januari 2022
Peringatan St. Fransiskus de Sales
RP Albertus Magnus Herwanta, O.Carm.