HARAPAN ITU MENGGERAKKAN

February 18, 2021
Selalu ada harapan

Oleh RP Albertus Herwanta, O. Carm


Siapakah dapat menjalani hidup penuh semangat ketika tidak memiliki harapan? Harapan menggerakkan dinamika kehidupan masyarakat. Ada macam-macam harapan. Sebagian asli dan sejati; yang lain palsu dan hanya menipu.

Di masa Orde Baru banyak rakyat kecil hidup penuh harapan, antara lain karena jual beli nomor lotre diijinkan. Mereka yang miskin selalu menunggu pengumuman pemenang lotre (“nomor buntut” alias nalo). Tentu saja, tidak ada yang benar-benar bisa menjadi kaya karena nomor buntut itu. Yang jelas mayoritas peserta dan peminatnya tetap miskin. Sukses tanpa kerja keras memang tidak ada.

Musa menawarkan pilihan kepada umat Israel yang segera akan memasuki tanah terjanji. Mereka hanya akan masuk ke dalamnya dan menikmati semua berkatnya bila mereka mendengarkan dan menaati perintah Allah. Yang menolaknya akan binasa. Di sini harapan hidup lebih baik itu mesti dibayar mahal. Diperjuangkan.

Lebih radikal dari itu, pesan Sang Guru Kehidupan. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya” (Luk 9: 23-24). Tiada harapan yang terlepas dari Tuhan.

Sabda itu menggarisbawahi yang disampaikan Musa kepada umat Israel. Bahwa hanya yang mendengarkan dan menaati Tuhan akan selamat. Yang menyembah ilah-ilah lain akan binasa.

Ilah-ilah itu bisa bermacam-macam wujudnya. Misalnya, diri sendiri, popularitas, viralitas, kekayaan, dan semua saja yang bukan Allah. Agama pun bisa menjadi ilah yang “membela Allah” tetapi sebenarnya hanya mengejar kepentingan duniawi. Sama sekali jauh dari Allah.

Sayangnya, banyak yang percaya pada agama-agama yang menjual Tuhan dan memberi harapan palsu itu. Mereka amat percaya akan janji-janji yang diberikan. Selama dilepaskan dari Tuhan, yang dijanjikan tak ubahnya harapan palsu seperti “nomor buntut” itu.

Yang asli selalu menuntut orang meraihnya dengan penuh pengorbanan. Singkatnya, mereka yang ingin meraih hidup sejati dituntut melepaskan diri supaya dapat menyatukannya dengan sumber kehidupan, yakni Allah sendiri. Di sanalah ditemukan harapan sejati.

Shek O HK, 18 Februari 2021 pada Kamis setelah Rabu Abu