HANYA MEMBERI
Apa yang orang rasakan saat pemberian tulus ikhlasnya ditolak atau tidak dihargai? Jika pembaca renungan ini pernah mengalaminya, tentu kebanyakan akan memberikan jawaban yang nyaris seragam.
Kerajaan Surga yang diumpamakan sebagai seorang raja yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya dan mengundang ke pesta itu (Mat 22: 1-14) mengandung nada serupa. Karena perjamuan telah tersedia, sang raja meminta para hamba-Nya untuk mengingatkan para tamu undangan (Mat 22: 4). Tetapi yang diundang tidak mau datang; bahkan menangkap para hamba itu; menyiksa dan membunuhnya (Mat 22: 5-6).
Tentu saja sang raja murka dan menyuruh pasukannya membinasakan para pembunuh itu (Mat 22: 7). Lalu menyuruh para hambanya untuk pergi ke persimpangan jalan dan mengundang siapa saja sampai tempat pesta itu penuh (Mat 22: 10). Hati dan sikap-Nya yang memberi selalu mengalirkan kasih.
Para tamu undangan yang tidak mau datang adalah mereka tidak menanggapi suara Tuhan. Dia mengundang mereka untuk masuk ke dalam keselamatan dan berbahagia bersama-Nya. Faktanya, hingga kini hanya sedikit yang percaya dan menanggapi-Nya. Sebagian besar justru menolak-Nya; menyiksa dan membunuh mereka yang diutus-Nya.
Bahkan di antara mereka yang berpartisipasi dalam pesta itu tidak sungguh menghargainya, karena masuk tanpa pakaian pesta (Mat 22: 11-12). Raja memerintahkan supaya dia dibuang keluar (Mat 22: 13). Untuk bisa mengambil bagian dalam pesta itu orang mesti bersih dan rapi; membuat diri layak dan pantas.
Memang, banyak yang diundang tetapi sedikit yang dipilih. Apakah pembaca renungan ini termasuk yang diundang? Apakah dia sudah membuat diri layak dan pantas masuk ke sana? Kalau belum, apa yang akan hendak dilakukannya?
Mungkin ada sebagian yang tetap menolak. Apa boleh buat. Tuhan, Sang Kasih, tidak pernah memaksa. Dia hanya memberi. “God’s love never wears out.” (Rick Warren)
Kamis, 19 Agustus 2021
RP Albertus Herwanta, O. Carm.