Fortunas Gelar Rekoleksi Discover The Strength untuk “Keluarga Berkebutuhan Khusus”
Dalam khotbahnya pada penutupan retret keluarga anak bekebutuhan khusus di Pusat Pastoral Keuskupan Agung Jakarta (25/9), Romo Edi Mulyono (Vikep KAJ) menyebut anak berkebutuhan khusus sebagai “jalan menuju surga” bagi anggota keluarga lain.
“Saya selalu yakin bahwa anak-anak berkebutuhan khusus dalam keluarga adalah jalan surga bagi anggota keluarga yang lain. Jalan surga itu tidak selalu mudah, tidak selalu senang-senang, mengandung salib. Tapi kalau salib itu dipanggung dengan sukacita dan kebersamaan akan ditanggung dengan baik. Kebersamaan dalam Fortunas membantu kita untuk merasa bahwa Tuhan selalu hadir. Kita tidak pernah sendiri,” kata Romo Edi.
Romo Edi juga mengingatkan pentingnya mendidik anggota keluarga yang lain untuk memiliki kepeduliaan kepada ABK sebab tidak selamanya orang tua ada bersama ABK.
Persis karena hal kedua tersebut, rekoleksi ini diadakan. Seperti dikatakan Edi Susilo, salah satu anggota panitia, rekoleksi ini dimaksudkan untuk membangun kesadaran bersama dalam seluruh anggota keluarga tentang kehadiran anggota yang berkebutuhan khusus.
“Ini menjadi kesempatan keluarga berekonsiliasi, menyatukan semangat, saling mengerti untuk menerima berkat Tuhan melalui ‘anak spesial’. Orang tua tidak hanya boleh memikirkan anaknya, tapi juga harus memikirkan pasangannya,” kata Edi.
Selama dua hari (24-25/9), 17 keluarga yang memiliki anggota yang berkebutuhan khusus menjalani retret di Pusat Pastoral Samadi, Klender, Jakarta Timur.
Retret bertema Discover The Strength tersebut diadakan oleh Fortunas (Forum Orang Tua Anak Spesial) yang bernaung di bawah Badan Pelayanan Keuskupan Pembaruan Karismatik Katolik Keuskupan Agung Jakarta (BPK PKK KAJ).
Dalam sesinya, Romo Yustinus Ardianto mengajak para orang tua untuk membuka hati menerima anak-anak berkebutuhan khusus sepenuh hati. Romo Yus juga mengingatkan para orang tua untuk tidak membanding-bandingkan anak-anak mereka dengan anak-anak lain.
“Sama halnya, jangan banding-bandingkan istri atau suami Anda dengan istri atau suami orang lain, pasti kurang saja bawaannya,” katanya. “Ojo dibanding-bandingke,” ungkapnya menyebut judul sebuah lagu yang sedang populer.
Pasutri Joseph Tedjaindra dan Irene juga menyampaikan hal senada. “Anak-anak berkebutuhan khusus bukan aib, tapi melalui anak-anak ini Tuhan menyatakan kehendak-Nya,” kata Joseph.
Saling Memahami
Para peserta mengaku sangat bergembira dengan adanya retret ini. Mereka percaya, melalui kesempatan ini, mereka dikuatkan dan bisa saling tukar pengalaman dengan keluarga-keluarga lain.
Wahyono misalnya mengatakan, “Sangat senang dengan adanya kesempatan ini. Kami sendiri bisa makin saling memahami, dan anak juga bisa bersosialisasi dengan teman-teman lain.”
Pius Bwariat mengaku mendapat peneguhan dan semakin menyadari berkat Tuhan melalui anaknya yang berkebutuhan khusus. “Tadinya kami mengira anak kami menjadi pembawa malapetaka, tapi setelah kami menerima apa adanya dan terbuka pada Tuhan, dia menjadi berkat untuk banyak orang dan keluarga. Terima kasih, Tuhan,” kata Pius.
Sisca Susilo mengaku telah menerima anaknya Hans sepenuh hati, bahkan menyebut melalui Hans, dia dan keluarga semakin dekat dengan Tuhan dan peduli dengan sesama.
“Mengikuti retret ini bagi kami merupakan bimbingan Roh Kudus untuk keluarga kami yang selama ini berjuang membesarkan anak-anak kami. Anak kami Odelia jadi ABK setelah menderita lupus. Sampai kelas 1 SMP normal, lalu sakit lupus itu memengaruhi fungsi matanya,” jelas Susana Ratna Sosilowati.
Panitia mengemas rekoleksi dua hari tersebut dengan baik sehingga para peserta menikmati dan berharap ada lagi kegiatan serupa.
Pada rekoleksi ini ada kelas pemberian materi yang mengena, kesempatan doa dan rekonsiliasi, dan saat-saat romantis bersama pasangan.
Dekorasi yang dipersembahkan oleh PDKK Bethlehem dan pelayanan Kelasi SEP menciptakan suasana romantis penuh nilai. Terasa, suasana memancarkan dan menghangatkan cinta para pasangan suami istri.
Di saat orang tua mengikuti sesi orang tua, anak-anak mereka ditemani oleh para relawan terlatih bersama kakak atau adik ABK yang bersangkutan (sibling). ABK diajak bermain, berdoa dan bernyanyi.
Seperti disampaikan Koordinator Fortunas, Harry Widjaja, ke depan Fortunas akan mengadakan sejumlah kegiatan untuk melayani keluarga-keluarga ABK. Harry dan Lia juga adalah orang tua ABK. (Em Dapa Loka)