DUA BEKAL
Perjalanan bangsa Israel keluar dari negeri Mesir, tempat mereka diperbudak cukup panjang dan amat melelahkan. Mereka harus menempuh perjalanan selama empat puluh tahun. Medan yang dilalui adalah padang gurun. Mereka juga mesti menyeberangi Laut Merah. Itu hanya mungkin berkat bantuan Allah.
Di tengah padang gurun itulah mereka marah dan berkeluh kesah kepada Musa dan Tuhan Allah. Mereka kelaparan dan kehausan. Tuhan Allah pun mengirimkan “manna” atau roti bundar kecil-kecil kepada mereka. Juga memberikan air yang memancar dari gunung batu.
Berkat pemberian Tuhan itu mereka dapat berjalan sampai di tujuan, yakni tanah yang dijanjikan. Pengalaman ini amat membekas dalam kehidupan mereka dan diwariskan secara turun-temurun.
Pada waktu bertemu dengan Sang Guru Kehidupan mereka menceritakan hal itu. Namun Sang Guru menegaskan bahwa masih ada pemberian yang jauh lebih berharga, yakni roti yang turun dari surga. Roti itu akan memungkinkan mereka melanjutkan perjalanan hingga ke hidup yang kekal.
Namun tatkala hal itu disajikan, mereka tidak mampu mengerti. Bisa jadi karena lekat pada pengalaman di padang gurun. Mereka hanya melihat sosok-Nya dan kehilangan tanda atau makna yang dibawa-Nya. Orang yang terlanjur melekat pada sesuatu sering sulit berubah dan bergerak maju.
Perjalanan hidup ini memiliki dua dimensi, yakni jasmani dan rohani. “Manna” yang Tuhan anugerahkan bermanfaat sebagai bekal jasmani, mengenyangkan perut dan memulihkan tenaga. Diperlukan dalam perjalanan jasmani untuk mencapai tujuan di dunia ini.
Di samping itu,Tuhan Allah juga memberikan bekal rohani, yakni roti hidup yang turun surga. Berkat roti itulah orang dapat tiba di tujuan akhir perjalanan rohaninya. Karena itu, begitu pentingnya orang menyantap roti dari surga itu. Tidak semata-mata dengan cara mengunyah dan menelannya, tetapi terutama dengan mengimaninya dan menyerahkan diri kepada-Nya. Menyatukan seluruh hidup dengan-Nya.
Semua orang menempuh dua macam perjalanan, jasmani dan rohani. Keduanya membutuhkan bekal. Yang bersifat jasmani bisa dan perlu diusahakan oleh manusia. Tidak demikian dengan yang kedua. Itu pemberian dari Allah. Mereka yang hanya mengandalkan bekal pertama hanya mencapai separuh perjalanan. Sedang yang dilengkapi bekal kedua akan tiba di tujuan akhir. Manusia sungguh memerlukan dua bekal itu.
Kamis, 22 April 2021
RP Albertus Herwanta, O. Carm.