BEDA JALAN
Di Kaisarea Filipi Sang Guru bertanya kepada para murid-Nya tentang siapa Dia menurut kata orang dan mereka. Mewakili para murid Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat 16: 16).
Kemudian Sang Guru memuji Petrus, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga” (Mat 16: 17). Setelah menyatakan bahwa di atas Petrus Dia akan mendirikan Gereja-Nya, Dia melarang mereka memberitakan kepada banyak orang tentang apa yang baru saja dikatakan Petrus.
Mengapa itu dilakukan-Nya? Karena mereka belum memahami makna jawaban itu. Bahkan Petrus yang mengucapkan pun ternyata tak mengerti. Itu nyata dari sikap Petrus yang ingin agar Sang Guru dijauhkan dari penderitaan, pembunuhan dan kematian untuk menuju kebangkitan (Mat 16: 21-22).
Pada saat itulah Sang Guru menghardik Petrus dengan kata-kata keras, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Mat 16: 23). Di sinilah dialog antara Sang Guru dan murid-Nya itu mencapai klimaks dan sekaligus meringkas pesannya.
Iman itu pada dasarnya adalah tanggapan manusia terhadap pewahyuan diri Allah. Hanya kalau Allah menyatakan diri-Nya, manusia dapat mengenal Dia. Di sana ada dua pihak, yakni Allah yang menyatakan Diri dan manusia yang menanggapi. Inisiatif iman itu bermula dan berasal dari Allah.
Lebih dari itu, iman berarti juga sikap taat manusia kepada Allah; bukan sebaliknya. Dalam realitanya, banyak orang beragama yang membaliknya; bukan manusia taat kepada Allah, tetapi Allah diminta mengikuti kemauan manusia. Tidak memikirkan apa yang dipikirkan Allah, tetapi yang dipikir manusia.
Manusia menginginkan yang mudah dan menyenangkan. Menghindari kesulitan. Sementara bagi utusan Allah jalan menuju kehidupan adalah derita dan kematian. Karena itu, manusia sulit memahami bahwa derita dan kematian penting bagi kehidupan. Banyak yang melihat pandemi sebagai kesulitan semata; terlepas dari rahmat dan berkat kehidupan. Akibatnya, mereka hanya mengeluh sehingga kehilangan harapan.
Hari ini Sang Guru menegaskan jalan menuju keselamatan, yakni derita dan kematian. Ini membingungkan bagi yang hanya melihat dari sudut manusia. Itulah jalan Allah. Orang beriman diminta mengikuti dan menaatinya. Tidak mudah, karena antara yang dimaui manusia dan dikehendaki Allah berlainan. Beda jalan.
Kamis, 5 Agustus 2021
RP Albertus Herwanta, O. Carm.