BANGUN
Oleh Romo Albertus Herwanta, O. Carm
Pada pagi hari, saat bangun, ditemukan dua karakter manusia. Karakter itu mewarnai hidup yang akan dijalani sepanjang hari.
Pertama, karakter manusia rajin dan disiplin. Cirinya antara lain bangun dini hari, ikut ritme alam yang sehat dan menyambut hari dengan penuh semangat. Membuka hari dengan berdoa dan bermeditasi. Kemudian minum air putih hangat. Sehat.
Kedua, karakter manusia malas dan aras-arasan. Tandanya, bangun terlambat dan bergerak setengah niat. Memulai hari tanpa doa dan meditasi. Sering tidak minum air hangat, tapi kopi yang bisa memacu jantung lebih cepat. Apakah sehat minum kopi pada pagi hari, tatkala perut kosong? Entahlah. Yang jelas untuk mereka yang melakukannya, itu terasa nikmat.
Pada awal masa adven (awal tahun liturgi Gereja), Sang Guru Kehidupan bersabda juga tentang bangun alias berjaga-jaga. “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamana tuan rumah itu pulang: menjelang malam, atau larut malam atau pagi-pagi buta. Hal ini Kukatakan supaya kalau ia tiba-tiba datang, jangan sampai kamu didapatinya sedang tidur” (Mrk. 13: 35-36). Manusia digambarkan sebagai yang dititipi untuk menjaga rumah tuannya. Jadi, mesti siap siaga membukakan pintu bagi tuannya.
Berjaga di sini lebih dari sekadar membuka mata. Yang diperlukan adalah sadar dalam arti mengenali seluruh diri (pikiran dan perasaan) dan mengendalikannya. Tidak lengah. “Éling lan waspada,” kata orang Jawa.
Ungkapan itu mengandaikan orang menyadari kehadiran Tuhan. Dalam bahasa spiritualitas itu “awakened” atau terbangun sehingga siap merespon segala sesuatu yang ada dan terjadi, baik yang di dalam maupun di luar dirinya.
Menyadari kehadiran Tuhan dan segala karya-Nya itu dilakukan bukan hanya setiap hari, tetapi setiap saat. Kalau pada masa adven orang mendengarkan seruan untuk berjaga, bukan berarti hanya sekali setahun orang diajak bangun. Hendaknya orang senantiasa sadar akan diri dan Tuhan yang hadir dalam seluruh hidupnya.
Bagaimana orang bangun? Di sana orang bisa dinilai karakter dan buah hasil hidupnya. Yang bangun lambat dan aras-arasan kehilangan banyak kesempatan. Sedang yang cepat dan penuh semangat lebih dahulu mendapat berkat. “The early bird gets the worm,” kata Norman Ralph Augustine.
Malang, 29 November 2020
Minggu Advent I
RP Albertus Herwanta, O. Carm.