Kapan Adorasi Ekaristi Pertama Kali Dimulai di Gereja?
Meskipun Gereja percaya akan kehadiran Yesus dalam Ekaristi sejak awal, penghormatan terhadap Sakramen Mahakudus berkembang kemudian.
Gereja Katolik telah percaya sejak zaman para Rasul bahwa Yesus benar-benar dan secara hakiki hadir dalam hosti Ekaristi yang dikonsekrir dalam Misa.
Namun, praktik adorasi Ekaristi, di mana individu memandang dengan penuh kasih pada hosti yang telah dikonsekrir, baru berkembang pada masa-masa berikutnya.
Awalnya sebagian besar hosti yang dikonsekrasikan pada Misa langsung dikonsumsi, atau dibagikan kepada orang sakit dan menderita. Tabernakel jarang ditemukan dan biasanya dipasang di gereja utama, tidak dirancang untuk penghormatan pribadi.
Semuanya berubah pada abad ke-10 dan ke-11 ketika seorang diakon agung di Perancis secara terbuka menyangkal kehadiran Yesus dalam Ekaristi.
Hal ini mendorong intervensi dari Paus Gregorius VII, dan setelah itu semacam “kebangkitan Ekaristi” terjadi di Perancis.
Perkembangan besar lainnya yang terjadi sekitar waktu yang sama adalah praktik baru meninggikan atau mengangkat hosti setelah kata-kata konsekrasi.
Dalam sebagian besar sejarah Gereja, imam terbiasa menghadap altar ke arah yang sama dengan umat. Artinya, ketika imam sedang mendaraskan Doa Syukur Agung, hosti dan piala tidak terlihat.
Awalnya hal ini tidak menimbulkan masalah bagi umat, namun pada abad ke-13, banyak orang kudus mencari cara untuk memperdalam iman Ekaristi umat.
Catholic Encyclopedia menjelaskan bagaimana perkembangan ini mulai menyebar:
Di Paris, peninggian ini menjadi sebuah ajaran sinode, mungkin sebelum tahun 1200. Tak lama kemudian, memandang dan memberi hormat pada Tubuh Tuhan dianggap sebagai tindakan yang sangat baik.
Penetapan hari raya Corpus Christi tidak lama setelah peristiwa ini memantapkan devosi menyembah Yesus dalam Ekaristi dan terus berlanjut sejak saat itu dalam Ritus Roma Gereja Katolik.