Kenangan yang Menyembuhkan
Oleh Romo Felix Supranto, SS.CC
Saya memiliki seorang teman yang sangat takut melihat api. Ketika melihat api, ia langsung berteriak histeris : “Kebakaran….. kebakaran…..”. Hidupnya sangat menderita dan menjengkelkan orang-orang di sekitarnya. Ternyata ia memiliki pengalaman buruk dengan api pada waktu masih remaja.
Pada waktu ia masih remaja, listrik mati dan suasana menjadi gelap. Untuk mengusir kegelapan itu, ia menyalakan lilin. Tak sengaja lilin itu jatuh dan membakar taplak meja. Ia berusaha memadamkannya. Ia berhasil memadamkannya, tetapi ada sedikit luka bakar yang membekas sampai sekarang.
Pada suatu hari ia mendaki sebuah gunung. Udara saat itu dingin sekali. Teman-temanya membuat perapian dari kayu untuk menghangatkan badan. Teman-temannya mengajaknya bergabung, tetapi ia justru semakin menjauh. Semakin malam, udara semakin dingin dan membuat tubuhnya menggigil. Ia pun terpaksa mendekati api tersebut. Tubuhnya mulai menghangat. Ia pun tersenyum dan berkata, “Api tidak senantiasa mencelakai, tetapi juga dapat menyelamatkan. Kini aku ikhlaskan kenangan buruk masa lampau itu pergi”.
Kisah tersebut menunjukkan kepada kita bahwa setiap kenangan memengaruhi kehidupan kita. Ketika kita membiarkan pikiran-pikiran kita melayang kembali ke peristiwa yang menyakitkan atau menakutkan, tubuh kita akan bereaksi negatif, seperti otot menjadi tegang atau kepala menjadi pusing. Kita memang berusaha untuk menghindarinya, tetapi ada saja suatu saat pikiran kita kembali kepada kenangan yang buruk.
Ketika hal itu terjadi, kita harus secepatnya keluar darinya sebelum kenangan buruk itu memerangkap kita ke dalam tempat yang yang menyakitkan dan tidak sehat. Akan tetapi, kenangan yang baik akan memberikan pengaruh sebaliknya. Kenangan yang baik akan membuahkan kedamaian dan ketenangan. Kedamaian dan ketenangan memiliki hubungan yang erat dengan kesembuhan yang Allah telah tempatkan dalam tubuh kita.
Ketika kita membiarkan pikiran kita terus menerus kembali kepada kegagalan ataupun kesalahan yang kita buat, kita hanya menghabiskan tenaga kita dengan percuma. Kita harus berani melepaskan kenangan yang menakutkan di masa lampau dan melangkah menuju masa depan. Ketika kita mampu melepaskan diri daru perbudakan kenangan buruk itu, kita akan mengalami sukacita luar biasa saat ini.
Untuk dapat melepaskan diri dari depresi/tekanan batin, kita hendaknya mengingat kembali hal-hal yang baik dan membahagiakan kita seperti Daud ketika ia menemukan kunci untuk mengatasi kegundahan jiwanya : “Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi namaMu. Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji. Apabila aku ingat kepadaMu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, —“ (Mazmur 63 : 5 – 7).
Allah meminta kita untuk mengenang kembali perbuatan-Nya yang besar bagi kita. Jika kita tidak mampu melakukan hal itu, kita akan kembali ke dalam perbudakan kenangan buruk masa lalu. Mengenang kembali hal-hal yang baik dalam kehidupan sangat membantu kita untuk senantiasa bersyukur. Bersyukur membuat kita bahagia. Hati yang bahagia menyehatkan.
Kesimpulan dari permenungan ini adalah orang yang bersyukur adalah orang yang bahagia. Orang yang bahagia adalah orang yang lebih sehat daripada orang yang sedih, putus asa, dan tidak berpengharapan. Karena itu, mari kita mencoba untuk senantiasa berpikir positif, baik, dan benar.
Salam Sehat!