RABU
(Hijau)
12 AGUSTUS
Yehezkiel 9:1-7; 10:18-22
Mazmur 113:1-2, 3-4, 5-6
Matius 18:15-20
15 “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. 16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. 17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. 18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. 19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. 20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”
KEHADIRAN YESUS DALAM REKONSILIASI
“Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” — Matius 18:20
DALAM INJIL HARI ini Yesus mengajar kita bagaimana menegur teman seiman yang bersalah, baik bersalah kepada kita, komunitas maupun Umat sehingga terjadi rekonsiliasi damai. Yesus meminta kita untuk berhati-hati saat menegurnya.
Yang pertama, hendaknya kita melakukan pembicaraan secara pribadi “face to face” agar teman kita dapat mengutarakan segala sesuatu dengan bebas dan terbuka.
Namun apabila dalam pertemuan pribadi tersebut tidak terjadi rekonsiliasi, maka perlu diadakan pembicaraan kembali dengan mengundang satu atau dua orang saksi. Bila kita mengalami jalan buntu, Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengadakan pembicaraan di depan orang-orang yang seiman.
Jika semua usaha tetap tidak mendapatkan hasil, Yesus berkata: “Pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah” ( Mat 18:17b).
Dalam beberapa peristiwa, kita kadang enggan menegur teman yang bersalah kepada kita, apalagi jika teman kita berusia lebih tua, status sosialnya yang tinggi, atau mempunyai temperamen tidak baik. Apakah kita akan membiarkan teman kita yang bersalah itu? Rasul Yakobus berkata: “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak 4:17). Ketika kita membiarkan teman kita melakukan kesalahan, kita pun ikut bersalah , dengan ‘dosa pembiaran’. Lalu bagaimana ? Berdoa! Ya, berdoa. Kita perlu berdoa agar Tuhan membukakan hati mereka untuk dapat saling mengampuni satu sama lain. “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga” , sabda Yesus (Mat 18:19).
Apabila kita sudah melakukan bagian kita untuk sebuah usaha perdamaian, janganlah merasa bersalah sebab Yesus sendiri hadir dalam proses rekonsiliasi dalam doa kita “Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Mat 18:20). (RIC)
DOA: Ya Allah Bapa, kami mohon limpahkanlah damai dan kasih yang besar untuk dapat mengampuni sesama yang bersalah kepada kami. Amin.
JANJI: “TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit.”—Mazmur 113:4
PUJIAN:Yohana Fransiska de Chanal (1527-1622), ditinggalkan suaminya yang tewas tertembak. Kepedihannya bertambah karena watak mertuanya. Meski begitu ia tetap rajin bekerja, berdoa dan membesarkan anak-anaknya. Mata hatinya tertuju kepada Tuhan dan ia pun mendirikan biara dari Ordo Suster-suster Visitasi, atas bimbingan Fransiskus de Sales.