MINGGU
(Hijau)
09AGUSTUS
Minggu Biasa XIX
1 Raja 19:9a, 11-13a
Mazmur 85:9ab-10, 11-12, 13-14
Roma 9:1-5
Matius 14:22-33
22 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. 23 Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.
JANGAN TAKUT, PERCAYALAH KEPADA TUHAN!
“Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” — Matius 14:27
RASA TAKUT bisa muncul dalam hati ketika orang menghadapi situasi yang dianggapnya tidak pasti. Ada dua macam reaksi: positif atau negatif. Jika ditanggapi positif, maka situasi yang tidak pasti akan dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi. Tetapi jika ditanggapi secara negatif, tidak jarang sedapat mungkin hal itu dihindari. Sikap awal negatif seperti itulah yang muncul dalam diri dua orang, yakni Yunus dan Petrus.
Yunus memilih melarikan diri ke Tarsis ketika Tuhan mengutusnya pergi mempertobatkan umat di Niniwe (Yunus 1:2). Yunus merasa takut. Ia menolak perintah Tuhan dengan pergi naik kapal dan menjauh dari Tuhan. Karena penolakan itu, Tuhan menurunkan angin ribut dan badai, sampai akhirnya ia dicampakkan ke luar dari kapal. Tetapi Tuhan menyelamatkannya dengan ditelan ikan besar, dan tinggal dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam (Yunus 1:17). Ia akhirnya sadar kesalahannya. Ia tidak menolak dan siap untuk diutus Tuhan mempertobatkan umat di Niniwe.
Sedang Petrus dan murid-murid lain saat itu dengan perahu pergi ke seberang meninggalkan Yesus, yang ingin berdoa seorang diri di bukit (Mat 14:13-21). Saat itulah perahu mereka diombang-ambingkan gelombang karena angin sakal ( Mat 14:14). Ketika Yesus mendatangi mereka dengan berjalan di atas air, mereka berteriak ketakutan karena mengira Yesus adalah hantu (Mat 14:26). Mereka ragu akan penampilan Yesus, meski sudah lama hidup dan tinggal bersama Yesus. Bahkan Petrus yang ingin meyakinkan keberadaan Yesus, menguji-Nya. Petrus meminta kepada-Nya agar mampu berjalan di atas air. Namun ketika terkena tiupan angin, ia mulai takut, dan mulai tenggelam.
Kita pun kadang seperti Petrus. Saat hidup diterpa angin dan badai, kita kadang dilanda tasa takut, bimbang. Tidak jarang kita lalu kehilangan iman. Kita tidak bersandar pada Tuhan. Kita mulai mengandalkan diri sendiri. Kita mulai menjauh dari Tuhan. Tetapi kita patut bersyukur, karena Tuhan tidak pernah menjauh dari kita.
Maka saat kita menghadapi masalah, kita harus yakin dan percaya, bahwa Tuhan hadir dan menyertai kita. Seperti saat Tuhan membuat Yunus mampu menyadari kesalahannya setelah berada di dalam perut ikan. Juga seperti saat Yesus menolong Petrus agar tidak tenggelam. Kita hanya boleh takut akan Tuhan, karena keselamatan dekat pada orang-orang yang takut akan Dia (Mzm 85:10). Kita lalu akan siap diutus dalam peziarahan hidup ini, karena Tuhan beserta kita. (TON)
DOA: Yesus, jauhkanlah aku dari rasa bimbang dan ragu saat menjadi pewarta Kabar Baik-Mu.
JANJI:“Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN….Sesungguhnya keselamatan daripada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita.” —- Mzm 85:9-10
PUJIAN:Sejak kecil Lukas dibiasakan orang tuanya membuat tanda salib sebelum dan sesudah makan. Setelah dewasa, ia tidak pernah ragu dan takut melakukannya ketika makan bersama teman-temannya yang mempunyai keyakinan berbeda. Bagi dia membuat tanda salib adalah wujud rasa syukur imannya kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.