Renungan Harian – Jumat, 24 Juli 2020
JUM’AT
(Hijau)
24 JULI
S. Sharbel Makhlouf
Yeremia 3: 14-17
MT Yer 31: 10 – 13
Matius 13: 18- 23
18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. 19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. 20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. 21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. 22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. 23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”
MENDAMBAKAN PEMIMPIN YANG HANDAL
“Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah firman Tuhan, karena Aku telah menjadi ‘tuan’ atas kamu” — Yeremia 3: 14
TUHAN BERJANJI , bila kita bertobat dari pembrontakan kita melawan Dia, Dia akan memberi kita pemimpin-pemimpin yang bijak dan cerdas selaras dengan kehendak hati-Nya (Yer 2: 15). Kita lalu akan berbuah lebat dan semakin tinggi kesejahteraan kita (Yer 3:16 dst). Sebaliknya kita tidak akan menghasilkan panen “seratus kali lipat, enampuluh kali lipat, tiga puluh kali lipat” (Mat 13: 8), bila kita tidak bertobat, atas :
tidak bertumbuhnya pengenalan akan firman Allah (Mat 13: 19). Roh Kudus telah diberikan kepada kita sebagai Guru kita (Yoh 14:26), bila kita patuh mau diajar oleh Roh, kita Kudus, tentu kita akan memahami lebih baik atas Sabda Allah.
Sabda Allah tidak mengakar dalam hidup kita (Mat 13:21). Hidup kita terasa hambar dan datar, sibuk dengan hal-hal yang remeh-remeh. Ini semua disebabkan karena penolakan kita untuk menyesal atas cinta-diri dan atas kemalasan kita (Why 3:16);
Membiarkan diri diganggu oleh “kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan” (Mat 13: 22).
Dengan kuat kuasa Roh Kudus, kita harus dan dapat menyalibkan diri kita, yakni “daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (Gal 5:24). Ini semua sebenarnya sama artinya dengan kita hendaknya menghayati Janji-janji Baptis kita benar-benar.
Apakah kita menyadari bahwa diri kita ini sangat membutuhan pemimpin yang lebih bijak, cerdas dan professional, dalam pemerintahan, dalam pelayanan Gereja, dalam dunia bisnis, dan khususnya dalam dunia media ? Kalau ya, maka tiada jalan lain kecuali kita perlu bertobat atas dosa-dosa kita, khususnya dalam hal menolak Sabda Allah. Kalau demikian, kita semua lalu akan berbuah lebat secara rohani dan kita akan dituntun untuk memasuki dunia yang jauh lebih baik, menuju ke peradaban kasih dan hidup. (SW)
DOA : Ya Bapa, semoga aku tak akan pernah meremehkan pentingnya pertobatan diriku.
JANJI : “Segala bangsa akan berkumpul ke sana, demi Nama Tuhan ke Yerusalem, dan mereka tidak lagi akan bertingkah-langkah menuruti kedegilan hatinya yang jahat: (Yer 3: 17).
PUJIAN: Sharbel,1828-1898, seorang kudus baru dari Libanon. Dinyatakan Suci oleh Paulus Paulus VI, 9 Oktober, 1977. Ia warga Gereja Katolik Timur, yang diakui Roma. Ia masuk pertapaan Ordo St. Maron. Meski ia pertapa, tetapi karena hikmat kebijaksanaan serta kesuciannya, menarik banyak orang. Dia-lah yang memberi teladan agar Gereja itu hidup dengan dua paru-paru, yakni Tradisi Barat dan Tradisi Timur.