Renungan Harian – Sabtu, 18 Juli 2020
SABTU
(Hijau),
18 JULI
Mikhah 2:1-5
Mazmur 10:1-2,3-4,7-8,14
Matius 12:14-21
14 Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. 15a Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana. 15b Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 16 Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, 17 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 18 “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. 19 Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. 20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya,
dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. 21 Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.”
HAMBA YAHWE YANG SEJATI
“Dengan batang hidungnya ke atas, orang fasik berkata: “Tidak ada Allah” — Mazmur 10:4
PENAFIR NUBUAT YESAYA , yang terdapat di awal Bab 42 (ayat 1-4) memberi judul ‘Hamba Yahwe’, yang dikutip oleh Matius (12:18-21), diterapkan pada Yesus. Mengapa ?
Hal itu dilatarbelkangi oleh reaksi kaum Farisi terhadap ajaran dan tindakan Yesus. Setelah Yesus menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya, pada hari Sabat, orang-orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Yesus (Mat 12:14). “Tetapi, Yesus mengetahui maksud mereka, lalu menyingkir dari sana” (ay.15a). Putusan para Farisi itu membuat mereka secara terang-terangan menjadi kubu yang anti Kristus!
Namun, sebaliknya yang terjadi dengan orang-orang banyak. Mereka tetap mengikuti Yesus. Mereka berani berbeda dengan para pemimpin agama mereka. Dan, Yesus pun menyembuhkan mereka semuanya. Tetapi, mereka dilarang untuk memberitahukan siapa Dia itu (ay. 15b-16).
Penginjil Matius kemudian menafsirkan kedua reaksi berbeda dari para Farisi maupun dari orang banyak tersebut, untuk menjelaskan “Siapa sesungguhnya Yesus itu”. Dia memakai kutipan ramalan Nabi Yesaya mengenai ‘Hamba Yahwe’ (Yes 42:1-4).
Yesus adalah perwujudan Hamba Yahwe, yang dipilih dan dikasihi Allah, untuk memaklum hukum-hukum Tuhan. Meskipun, ajaran-Nya ditentang, namun Dia tidak akan berbantah. Ia kokoh bagaikan batu karang, karena tahu, “Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu, karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu” (Yes. 50:7).
Itulah Hamba Yahwe yang sejati, yang selalu mengandalkan hidup-Nya pada Allah. Ini pulalah yang diteladani oleh orang banyak, yang tanpa takut menyerahkan diri pada kerahiman dan pengajaran Yesus. Mereka tidak peduli terhadap otoritas para pemimpin agama mereka, yang sering dengan ‘kekakuan sikap agama mereka’, telah membuat diri mereka sebagai ‘tuhan-tuhan yang baru’. Inilah bahaya kesombongan iman, karena seperti dikatakan oleh pemazmur, mereka bisa mengatakan “tidak ada Allah”! .
Iman memang harus diwujudkan melalui jalan kerendahan hati. (WIT)
DOA : Allah Bapa yang Mahabaik. Cahaya-Mu adalah Cahaya Kebenaran. Tuntunlah kami dalam jalan Yesus Kristus, sehingga kami bisa menapaki jalan yang telah ditempuh oleh Putra-Mu, dengan ketekunan dan kerendahan hati.
JANJI : “Celakalah orang yang merencanakan kejahatan. Dan yang merencanalan kejahatan , yang melakukannya di waktu fajar” — Mikha 2: 1
PUJIAN: St. Ignatius dari Loyola (1491-1556), yang diperingati nanti tiap tgl 31 Juli, sangat kecewa sekali, sebab keinginannya untuk mengajarkan Injil dan berkhotbah, terhalang karena ia bukan imam yang tertahbis. Maka, dalam usia 40-an, ia rela mulai belajar Bahasa Latin bersama anak-anak muda usia 20-an tahun, sebagai dasar pertama menuju jenjang pendidikan imamat. Kerendahan hatinya berbuah besar.