SELASA
(Putih)
21 April
S. Anselmus
Kisah pr Rasul 4: 32-37
Mazmur 93: 1abc-2, 5
Yohanes 3: 7-15
(7) Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. (8) Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” (9) Nikodemus menjawab, katanya: “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” (10) Jawab Yesus: “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? (11) Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. (12) Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? (13) Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. (14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
KITA ADIL – BANGSA SEJAHTERA
“Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa dan tidak ada seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya” — Kisah pr Rasul 4: 32
GAMBARAN YANG begitu indah tentang cara hidup jemaat perdana: ‘sama rasa-sama rata’ – tak ada hak milik pribadi, “segala sesuatu adalah milik bersama”. Karena sudah ada semangat dan praktek ‘berbagi’ dalam hal harta dan bahan makanan, maka “tak ada seseorangpun yang berkekurangan di antara mereka” (Kis 4: 34).
Terasa beda, orang dibaptis dan menerima urapan Roh Kudus, dulu dan sekarang. Dulu, orang-orang yang dibaptis dan dipenuhi oleh Roh Kudus, merasa bertanggungjawab atas hidup orang satu sama lain, bertekad bulat berpeduli satu sama lain.
Itulah salah satu dasar alkitabiah Ajaran Sosial Gereja yang dicetuskan oleh Paus Leo XIII, akhir abad XIX lalu. Dan sekarang, 2020, Keuskupan Agung Jakarta dalam menanggapi dan melanjutkan pelaksanaan ”Arah Dasar” (Ardas KAJ), dalam penerapan “Amalkan Pancasila”, pada Sila Kelima yakni “Keadilan Sosial” , bertemakan “Kita Adil, Bangsa Sejahtera”.
Tahun-tahun sebelumnya kita diajak untuk “berbela rasa”, sekarang dikonkritkan dalam hal kesejahteraan, dengan berbagi harta. Sukar ? Ya ! Tetapi kita memiliki Roh Kudus, guna membantu kita untuk berpeduli satu sama lain. Yesus datang ke bumi antara lain untuk menebus kita dari ‘cinta diri’ kita dan memberdayakan kita untuk mampu menghayati hidup baru, hidup dengan hati yang dermawan, hati yang berpeduli. Terbuka lebar pintu bagi kita untuk ‘memberi’ – ber-‘donasi’. Dengan demikian kita mendekati cara hidup umat Gereja Perdana.
Tuhan sama sekali tidak menghedaki kita memberikan segala sesuatu atas nama ‘kedermawanan’ ! Tetapi bacaan hari ini bukanlah hanya suatu narasi yang cukup indah didengar. Itu adalah gambaran kehendak Hati Yesus tentang cara hidup murid-murid-Nya, yakni kita. Dengan bantuan Roh Kudus, ‘kita dapat!’
DOA : Ya Roh Kudus, berilah diriku hati yang dermawan !
JANJI : “Janganlah engkau heran karena Aku berkata kepadamu: ‘Kamu harus dilahirkan kembali!’ “ — Yohanes 3:7
PUJIAN: Jelang Rabu Abu, di KAJ, telah disosialisasikan bahan untuk pertemuan pembahasan pendalaman Aksi Puasa Pembangunan (APP), ’20, baik di tingkat Keuskupan dan juga di tingkat Paroki, yang bertemakan “Amalkan Pancasila : Kita adil – Bangsa Sejahtera!”