30 Desember 2019
SENIN (P)
1 Yohanes 2:12-17
Mazmur 96: 7-10
Lukas 2: 36-40
(36) Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, (37) dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. (38) Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. (39) Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. (40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
LEPAS-BEBAS TERHADAP DUNIA
“Jangan kamulah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalam dunia” — 1 Yohanes 2:15
ADA TRADISI Spiritualitas Katolik yang menekankan pentingnya keutamaan ‘membelakangi’ dunia;- sebenarnya dunia sangat kita dambakan sekali-. Dan “dunia ini akan lenyap dengan segala keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selamanya” (1 Yoh2: 17). Dan mereka-mereka yang ‘mempersembahkan hidup kepada Tuhan merupakan contoh khusus dari keutamaan lepas-bebas ini. Dan umat umumnya hendaknya juga memiliki semangat keutamaan lepas-bebas itu. Upama saja, dalam Injil disebut bahwa “Hanna”, “yang tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam, ia beribadah kepada Allah dengan berpuasa dan berdoa” (Luk 2: 37).
Sebaliknya, di dunia Barat , yang dicekoki dengan virus materialisme, justru cenderung terlekat pada harta-milik. Kita cenderung juga untuk memiliki barang apa saja, sampai-sampai kita sendiri dimiliki oleh harta kekayaan yangkita miliki sendiri. Kita tidak bebas lagi.Bisa kita lalu menempatkan harta kekayaan lebih dulu di depan Yesus dalam hidup ini, lalu kita pergi menjauh dari Yesus ditarik erat oleh harta kekayaan yang kita miliki itu (Mrk 10: 22).
Tetapi, sebagai Umat kita sadar bahwa hal itu tak sejalan dengan aspirasi hidup kristiani, yakni ‘kita tidak bisa mengabdi Allah dan Mammon’ bersamaan, yakni hal-hal yangdari dunia (Mrk6: 24), sebab bila ada orang “yang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu” (1 Yoh 2:15).
Besok pagi kita sudah di hari “Tutup Tahun”, dan malam Jelang Tahun Baru. Dan pada detik-detik pertama di hari Tahun Baru, orang merayakannya dengan pesta secara duniawi. Dan bagaimana kita sendiri ? Ikut-ikutan mereka, memulai hari Tahun Baru dengan terlekat pada hal-hal duniawi dan terjauhkan dari Allah, atau terlekat pada Allah dan terjauh dari semangat duniawi ?
DOA : Bpa ajarilah aku ber-relasi dengan dunia sebagaimana Yesus Putera-Mu dalam menyikapi dunia.
JANJI : “ Aku menulis kepada kamu, hal anak-anak muda, Karena kamu kamu kuat dan firman Allah dia di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan dunia” — 1 Yohanes 2: 14
PUJIAN : Bernardus bekerja di Bank Swasta dengan gaji yang cukup tinggi. Ia tinggalkan karir itu untuk menanggapi panggilan Tuhan menjadi imam.