MELAKUKAN KEBAIKAN TANPA PAMRIH
4 November 2019
S. Karolus Booromeus
SENIN (Putih)
Roma 11:29-36
Mazmur 69:30-31,33-34,36-37
Lukas 14:12-14
(12) Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: “Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. (13) Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. (14) Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”
“Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.” —- Lukas 14:12-14
HARAP-HARAP CEMAS seringkali dialami oleh tuan rumah yang akan mengadakan perjamuan. Perjamuan sering kali diidentikkan dengan acara makan bersama, bersenang-senang, atau juga ungkapan syukur, dan tentunya akan mengundang banyak orang. Segala persiapan akan dilakukan semaksimal mungkin. Hal inilah yang menyebabkan tuan rumah mengalami kecemasan, apakah perjamuan dapat berlangsung dengan lancar dan memuaskan para tamu yang hadir seperti yang diharapkan. Persiapan dilakukan dengan matang, agar semua dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Perjamuan juga seringkali dikaitkan dengan gengsi, terutama dalam hal kehadiran tamu yang datang. Semakin banyak dan tinggi status sosial para tamu, apalagi terkenal dan terhormat, menjadikan semakin tinggi perhargaan kehormatan dan pujian dari orang-orang lingkungan sekitarnya. Kesan mencari gengsi, mencari penilaian orang, dan meminta balasan atau pamrih dari tamu yang diundang seperti itulah yang tersirat dalam perumpamaan Yesus. Bahwa jika kita mengundang sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, maka kita akan diundang oleh mereka dan mendapat balasnya, yakni ganti diundang (bdk. Lukas 14:12). Tentu saja hal ini bukan suatu sikap yang baik. Bukankah setiap perbuatan baik yang kita lakukan seharusnya tanpa pamrih? Tanpa meminta imbalan apapun?
Yesus sendiri menganjurkan untuk mengundang orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta menegaskan bagaimana sikap kita, dan kepada siapa kita harus mengundang ke dalam perjamuan kita. Mengundang ke perjamuan kepada orang-orang yang mempunyai keterbatasan seperti itulah dapat diartikan juga bagaimana kita seharusnya melakukan perbuatan baik, belas kasih, berbagi, dan berempati kepada sesama kita yang lebih membutuhkan. Dengan mengundang orang-orang seperti mereka, akan membuat kita terbebas dari keinginan mendapatkan balasan. Dan kita terbebas dari pamrih, keterikatan duniawi, dari keinginan mencari keuntungan diri. Kita tidak perlu mencari balasan atas apa yang kita lakukan, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan, karena Dia-lah yang akan memberikan pembalasan pada hari kebangkitan orang-orang benar (bdk. Lukas 14:14).
Marilah kita melakukan segala sesuatu karena kasih-Nya, bukan karena mengginginkan pamrih. (TON)
Doa: Yesus mampukanlah kami melakukan perbuatan baik kepada sesama kami dengan tulus hati, dan bukan karena kesombongan diri.
Janji: “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamnya” —- Roma 11:36
Pujian: Suatu malam Kristin mengendarai mobil sendirian sepulang dari gereja. Tiba-tiba ban mobilnya kempes di jalan yang sepi. Ia ketakutan ketika seorang laki-laki berpakaian lusuh datang mendatangi dan langsung membantu mengganti ban mobil yang kempes. Setelah selesai, Kristin memberikan uang sebagai imbalan. Tetapi laki-laki yang menolongnya itu menolak dan berkata “Maaf ibu, saya tidak bisa menerima uang ibu. Saya pemulung yang setiap pagi mengais barang di bak sampah di depan rumah ibu. Saya sering diberi minum dan makanan sama ibu.” Setelah menyalakan lampu mobil, Kristin baru bisa mengenali pemulung itu. Dengan terharu dan bersyukur, Kristin mengucapkan terima kasih dan berlalu.