27 Juni, 2019 St. Cyrilus dari Alexandria
KAMIS (H)
Kejadian 16:1-12, 15-16
Mazmur 106:1-5
Matius 7:21-29
(21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (24) Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. (25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. (26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. (27) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” (28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, (29) sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.
PENUH WIBAWA
“Ia mengajar mereka sebagai orang yang bErkuasa, tidakseperti ahl-ahli Taurat mereka” —Matius 7:29
INILAH PERBEDAANNYA. Zaman Yesus para pimpinan agama Yahudi dalam mengajar sama sekali tidak berwibawa seperti Yesus lakukan. Memang mereka memberi informasi, mendidik dan mencerahkan rakyat, tetapi mereka tidak selalu menuntut agar rakyat yang mendengarkan itu menanggapi dan patuh. Tetapi Yesus sebaliknya. Mereka tunduk. Yesus sangat mengharapkan kita agar kita tidak mematuhi Allah hanya di bibir saja dan meniadakan perintah-perintah Allah (Mat 15: 3-8). Yesus berkata, kalau kita tidak mendengarkan kata-kata-Nya dan menerapkan dalam hidup, hidup kita akan runtuh (Mat 7: 26-27). Yesus mengharapkan sekali agar kita menjadi pelaku-pelaku Firman-Nya (Yak 1: 22). Ia mengajar dengan penuh wibawa, dan juga saat ini sama, Ia tetap berwibawa (Ibr 13:8).
Bila Yesus melakukan sesuatu, Ia melakukannya itu sebagai ‘Tuhan’, dan hakikat ’ketuhanan-Nya’ adalah memerintah dan menunut kepatuhan. Tentu kita ingat bacaan Injil hari-hari akhir ini, khususnya Kotbah di Bukit, “Setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. …” (Mat 2 Dan bagaimana kita sendiri ? Bagaimana tanggapan kita pribadi akan perintah-perintah Yesus ? Patuhkan kita pada sabda-sabda dan perinatah-Nya ? Apakah kita menerima Yesus sebagai ‘Tuhan’, Junjungan, Pangeran kita Apakah kita menanggapi kewibawaan Yesus dengan penuh taat dan patuh ? Masalah bukannya berapa banyak ajaran Yesus dalam Alkitab yang kita baca dan faham, tetapi berapa jauh kita taat dan patuh ! Kita ingat akan sabda-Nya, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan’, akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa yang di surga” (Mat 6: 21).
Doa : Ya Tuhan, batulah daku agar aku mempersembahkan hidup dan kehendak-ku kepada-
Mu !
Janji : “Tuhan telah mendengarkanmu, (Allah mengabulkan
permohonanmu)!” — Kejadian 16: 11
Pujian: St. Sirilus adalah Uskup Alexandria , Mesir (380-444). Dia memegang peran penting waktu Konisili Efesus (431), yang menetapkan ‘keilahian Yesus Kristus: Yesus itu Ilahi sejak dalam rahim Maria. Maka Bunda Maria, mendapat gelar Bunda Allah.