9 Mei, 2019
KAMIS (P)
Kisah Para Rasul 8:26-40
Mazmur 66:8-9.16-17.20
Yohanes 6:44-51
(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. (45) Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. (46) Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. (47) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. (48) Akulah roti hidup. (49) Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. (50) Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. (51) Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”
PERGILAH! KAMU DIUTUS!
Jawabnya: “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya.—-Kisah Para Rasul 8:31
SEORANG ANAK yang baru berumur setahun dan masih belajar berjalan pastilah membutuhkan bantuan seseorang untuk membimbing dia agar tidak terjatuh.Hal seperti ini berlaku juga bagi setiap orang yang mulai rindu mengenal Tuhan Yesus. Ia membutuhkan seseorang yang dapat membimbingnya, yaitu orang yang dapat menuntun dan mengajarkan kepada dia siapa sosok Yesus Kristus itu.
Ketika dalam perjalanannya seorang sida-sida dari Etiopia membaca Kitab nabi Yesaya, di situlah murid Tuhan bernama Filipus diutus Tuhan untuk membimbing dia mengenalkan jalan Tuhan. Tidak lama setelah mendapat bimbingan dari Filipus, sida-sida itupun menerima Tuhan dalam hati dan hidupnya dengan berinisiatif minta dibaptis oleh Filipus. “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?”(Kisa 8:31). Itu adalah pernyataan yang disampaikan oleh sida-sida tersebut dan sangat menggelitik hati kita sebagai murid Tuhan.
Banyak cara yang Tuhan pakai untuk memanggil orang-orang datang kepada-Nya. Salah satunya adalah melalui murid-murid-Nya yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk membawa banyak orang dari segala suku bangsa sampai kepada-Nya. Pemazmur mengatakan, “Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku.” (Mzm 66:16).
Seberapa banyak orang akan mengenal Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita, tergantung pada bagaimana kita bersedia menjadi utusan-Nya mewartakan kabar baik melalui semua hal yang tercermin dalam hidup kita. Orang lain akan merasakan kasih Allah, bila kita mengedepankan kasih kepada sesama. Sebaliknya orang akan mengatakan Allah yang kita sembah adalah pembenci, bila kita selalu membenci sesama. Kobarkan cinta Allah pada sesama supaya Allah kita semakin dikenal dan dimuliakan.
Oleh karena kasih karunia Allah, kita menjadi orang-orang utusan-Nya. Masing-masing mendapat tempat perutusan yang berbeda, kepada orang-orang yang berbeda pula, dan dengan waktu yang tidak sama. Tidak perlu bingung dan ragu. Kita hanya perlu menyediakan talenta yang kita miliki, bisa berupa waktu, tenaga, materi, suara, keahlian kita dan lain sebagainya. Semuanya akan disempurnakan oleh Allah untuk kemuliaan-Nya. Kita berpegang pada sabda-Nya, “Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.” (Yoh 6:45)
Marilah kita sambut ajakan Pastor dalam penutupan perayaan Ekaristi, “Pergilah..Kamu diutus!” dengan menjawab sepenuh hati dan kesiapan diri..”Amin” yang artinya “Setuju”. Selamat menjalani tugas perutusan dalam kasih karunia-Nya.(LP)
Doa: Tuhan Yesus, jagalah hatiku agar setia mengikut Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamatku dan mampukanlah aku melakukan tugas panggilanku dengan penuh tanggung jawab. Amin.
Janji: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”—Yohanes 6:44
Pujian: Karena imannya, Santo Sirilus (315-386) dari Sesarea, (Uskup Yerusalem) meski diiming-imingi akan memperoleh bagian yang besar dari harta warisan ayahnya bila ia mau membenci dan menghujat nama Yesus, rela meninggalkan segala miliknya, meninggalkan keluarganya, dan mengorbankan nyawanya sebagai seorang saksi Kristus. Satu-satunya yang menguatkan hatinya adalah sabda Kristus dalam kitab suci, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; ……. ” (Mat 10:37) .